Mahfud: Kalau Demo ke PBNU Biasanya Disuguhi Teh dan Snack

Siswanto Suara.Com
Kamis, 09 Februari 2017 | 06:15 WIB
Mahfud: Kalau Demo ke PBNU Biasanya Disuguhi Teh dan Snack
Mahfud MD [suara.com/Welly Hidayat]

Suara.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang juga kader Nahdlatul Ulama Mahfud MD mengaku baru mengetahui kalau kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Rabu (8/2/2017) siang, didemo massa.

"Saya malah tak tahu di sana ada demo? Kaoan sih?" tulis Mahfud.

Dengan nada bercanda, Mahfud mengatakan biasanya ketika ada demo di kantor PBNU akan mendapat suguhan makanan dan minuman gratis.

"Kalau demo ke PBNU biasanya disuguhi teh dan snack," tulis Mahfud.

Cuitan Mahfud di Twitter untuk menanggapi pertanyaan netizen yang keheranan dengan aksi demonstrasi di kantor PBNU.

"Prof @mohmahfudmd klw memang ada yg "demo PBNU" brrti sdh kelewatan, saya yakin itu bkn orang NU. Sbb tdk ada sejarahnya PBNU "di demo" !!!" tulis netizen.

Sekelompok pemuda yang demonstrasi ke PBNU mengatasnamakan Aliansi Santri Indonesia.

Salah satu tuntutan mereka mendesak PBNU mencopot Helmy Faishal Zaini dari jabatan sekretaris jenderal PBNU karena dianggap mendukung pasangan calon gubernur Jakarta nomor urut satu Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni.

"Kami dari Aliansi Santri Indonesia dengan ini meminta agar pengurus dan PBNU agar mencopot jabatan dan sekjen PBNU. Karena telah menciderai nama baik PBNU, dengan terang-terangan pula dia mendukung pasangan calon nomor satu, Agus dan Sylvi," kata Rusdi T. P. di lokasi.

Sikap Aliansi Santri Indonesia berpedoman pada pernyataan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj bahwa seluruh pengurus PBNU harus bersikap netral dalam pemilihan kepala daerah tahun 2017.

"Ini merupakan tamparan besar, bagi PBNU karena sekjen PBNU telah menyalahi aturan yang dibuat oleh ketua umum PBNU," ujar Rusdi.

 Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nadhlatul Ulama Ishfah Abidal Azis menyebut puluhan pemuda tersebut bukan anak pesantren.

"Sebelum kami tampung aspirasinya, kami tanya dulu, pastikan ke mereka. Kami tanyakan dari pesantren mana? Nggak bisa jawab mereka," kata Ishfah.

Dia curiga mereka hanyalah massa bayaran. Kecurigaan Isfah semakin kuat karena mereka tidak bisa menjelaskan prinsip-prinsip santri.

"Kami kira seperti itu (massa bayaran). Saya rasakan mereka bukan santri. Kami tanyakan beberapa prinsip terkait santri tidak bisa menjawab, akhirnya kami simpulkan mereka bukan santri. Yang putri juga begitu. Berjilbab, waktu kita tanya hal-hal yang sifatnya mendasar, mereka terdiam nggak bisa jawab," ujar Ishfah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI