Ketika ditanya berapa jumlah pemuda yang ditolak perusahaan, Zainal tak berani menyebut. Dia belum punya catatan resmi.
Zainal mengatakan umumnya pemuda-pemuda di kampungnya ber latar belakang pendidikan SMP dan SMA. Tapi, anak dari Zainal yang juga belum dapat kerja, tamatan universitas.
Zainal tak habis pikir kenapa alasan perusahaan tak menerima pemuda kampungnya karena soal tawuran. Padahal, kata dia, sebenarnya tawuran disebabkan orang luar kampung.
"Dulu awalnya sering diadu domba pihak luar karena pernah ada yang ketangkep basah, pas dicek ktpnya Pulogadung sama Rawamangun. Jadi ada yang mecahin botol aja jadi ribut jadi tawuran," kata dia.