Suara.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD melontarkan sejumlah pernyataan kontroversial, setelah dirinya urung menjadi bakal calon wakil presiden pendamping Jokowi di Pilpres 2019.
Salah satunya adalah, menyebut Rais Aam PBNU Maruf Amin menyuruh Ketua PBNU Robikin Emhas untuk mengancam menarik dukungan kepada Jokowi kalau tak memilih kader ormasnya seabgai cawapres. Belakangan, Maruf Amin menjadi bakal cawapres Jokowi.
Namun, pernyataan Mahfud MD tersebut dibantah bakal calon anggota legislatif (bacaleg) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kapitra Ampera.
Kapitra mengatakan, pernah bertanya kepada Maruf Amin mengenai kesiapannya menjadi cawapres Jokowi sehari jelang deklarasi pasangan petahana tersebut, pada Rabu (8/8).
“Saya bertemu Kiai Maruf Amin saat pengukuhan Jenderal Budi Gunawan sebagai Guru Besar Intelijen STIN, di Sentul, Bogor, Rabu pekan lalu. Saat itu saya tanya, ‘Pak kiai, apa mau jadi capres?’ Dia jawab, ‘Demi Allah, saya merekomendasikan Pak Mahfud MD untuk jadi cawapres Jokowi’ begitu,” kata Kapitra kepada Suara.com, Rabu (15/8/2018).
Setelah mendengar jawaban Maruf Amin, Kapitra mengklaim langsung mengirimkan pesan singkat via SMS untuk mengucapkan selamat kepada Mahfud MD.
“Saya SMA Pak Mahfud MD, dan sekaligus kasih selamat. Silahkan Pak Mahfud lihat SMS saya, di situ ada jamnya. Saya merasa ngilu dan sangat menyesalkan pernyataan Pak Mahfud MD di acara ILC semalam. Apalagi ada kesan seolah-olah Pak Kiai Maruf Amin menjegalnya menjadi cawapres,” tuturnya.
Sebelumnya, dalam acara gelar wicara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipandu jurnalis kawakan Karni Ilyas, Selasa (14/8/2018) malam, Mahfud MD blak-blakan mengungkap kronologis dirinya gagal menjadi cawapres.
“1 Agustus 2018, pukul 23.00 WIB, saya diundang Mensesneg Pratikno ke rumahnya. Di sana juga ada Pak Teten Masduki. Saya disuruh bersiap-siap, karena pak presiden sudah mengerucut kepada saya (sebagai bakal cawapres),” tutur Mahfud MD.
Baca Juga: Besok, Anggun Anggun C Sasmi Menikah di Bali
Selang sepekan, persisnya Rabu (8/8), Mahfud MD mengakui bertemu Ketua PBNU Said Aqil Siradj. Kala itu, Mahfud MD mengonfirmasi apakah benar Nahdlatul Ulama menyampaikan surat kepada presiden berisi 4 nama kader yang diajukan sebagai bakal cawpares.
“Saat itu juga saya bilang tak berkeberatan. Tapi kalau presiden pilih di luar 4 orang itu, tidak menolak. Siradj mengatakan, oya, tidak apa-apa itu,” kata Mahfud menirukan percakapannya dengan Said Aqil Siradj.
“Tapi, Rabu sore, pukul 17.00 WIB, keluarlah pernyataan Robikin (Emhas; Ketua PBNU) kepada pers mengancam kalau bukan kader NU (jadi cawapres), akan meninggalkan pemerintah. Yang menyuruhnya (Robikin) itu adalah Kiai Maruf Amin. Bagaimana saya bisa tahu? Muhaimin (Iskandar; Ketua PKB) yang bilang ke saya,” tuturnya.
Mahfud lantas menceritakan pertemuannya dengan Cak Imin setelah Robikin Emhas memberikan pernyataan kepada pers, bahwa NU akan meninggalkan Jokowi kalau bukan kader NU yang menjadi cawapres.
Ia mengatakan, konfirmasi persoalan itu penting dilakukan karena sudah ada pernyataan bahwa Mahfud MD bukan kader NU.
Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar dipertemukan oleh eks Waketum PBNU As’ad Said Ali di sebuah restoran Jalan Taman Empu Sendok, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.