Perangkap Thucydides dan Benarkah Kata Prabowo Militer Indonesia Lemah?

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 03 April 2019 | 18:22 WIB
Perangkap Thucydides dan Benarkah Kata Prabowo Militer Indonesia Lemah?
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan patung Thucydides (kanan). [kolase Suara.com]

Anggaran militer Indonesia hanya 0,81 persen dari PDB. Sementara Singapura mencapai 3,32 persen dari PDB. Secara statistik, anggaran militer Indonesia terendah, bahkan di bawah Timor Leste yang notabene mantan provinsi.

Namun, setidaknya dalam dua tahun terakhir, dana militer pada APBN mengalami peningkatan. Pada APBN 2018, dana anggaran yang dikelola Kementerian Pertahanan mencapai Rp 107,8 triliun. Jumlah itu naik pada tahun 2019,  menjadi Rp 108,4 triliun.

Peningkatan anggaran tersebut seiring sejalan dengan peringkat kekuatan militer Indonesia yang cenderung diperhitungkan secara global.

Itu kalau merujuk hasil survei yang dihelat Global Firepower (GFP) tahun 2018. Tahun lalu, menurut GFP, kekuatan TNI berada di peringkat 15 terkuat dunia.

PowerIndex (Pwrindx) militer Indonesia berada di level 0,2804. Untuk diketahui, indeks mendekati 0 menunjukkan kekuatan militer negara semakin kuat.

Sebagai catatan, Indonesia adalah satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang masuk 15 besar kekuatan militer terbaik dunia. Indonesia sendiri tepat berada di bawah Jerman, Italia, Mesir, Brasil, dan Iran. Dengan demikian, militer Indonesia terkuat di kawasan Asia Tenggara.

Survei GFP itu menyebut kekuatan militer Indonesia ditopang oleh 800.000 personel tentara, 41 pesawat tempur dan 65 pesawat penyerang.

Pada wilayah daratan, militer Indonesia memunyai 315 tank baja, 1.300 kendaraan lapis baja, 141 artileri, plus 36 peluncur roket.

Angkatan Laut Indonesia juga memunyai 8 kapal fregates, 24 kapal corvette, 5 kapal selam, serta 139 kapal patroli vessel.

Baca Juga: Atasi Konvoi Berisik, Polresta Surakarta Lakukan Layanan Keren

Uniknya, pemeringkatan GFP tersebut tak melulu didasari oleh kekuatan militer. Indeks itu juga menyebut keunggulan Indonesia sehingga masuk peringkat 15 besar dunia karena 55 indikator lain semisal jumlah penduduk yang merupakan tentara cadangan, geografis, fleksibilitas logistik, hingga cadangan sumber daya alam.

Karenanya, kalau merujuk pada survei GFP dalam bidang kemiliteran tersebut, argumentasi Prabowo bahwa aspek yang bisa membuat militer serta pertahanan Indonesia kuat adalah dengan mengguyur dana lebih besar lagi, tak begitu tepat.

Pun kalau memakai perbandingan Indonesia – Singapura yang disajikan Prabowo dalam debat. Dalam sektor belanja militer, Indonesia hanya kalah dari Singapura, tapi negara-negara ASEAN lainnya berada di peringkat bawah.

Kembali merujuk data GFP, dengan dana anggaran belanja militer senilai USD 6,9 miliar atau setara Rp 98 triliun menempatkan Indonesia pada posisi kedua setelah Singapura. Negeri Singa tersebut memunyai anggaran belanja militer USD 9,7 miliar atau setara Rp 135 triliun.

Sementara kalau dihitung secara global, dana anggaran belanja militer Indonesia berada pada urutan ke-30 dari 157 negara yang disurvei GFP.

Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto mengikuti debat Capres ke-4 di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3). [Suara.com/Arief Hermawan P]
Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto mengikuti debat Capres ke-4 di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3). [Suara.com/Arief Hermawan P]

Perangkap Thucydides

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI