9. Sial bagi mereka, para pembuat bom yang sedianya akan meledakkan bom pas tanggal 22 mei, tertangkap duluan. Bayangkan kalau pada saat demo di depan Bawaslu dan KPU, sejumlah bom meledak.
10. Sial bagi mereka juga, KPU secara cerdik mengumumkan hasil akhir pilpres pada 21 Mei dini hari. Itu mengacaukan rencana pergerakan massa yang semula disiapkan.
11. Sial bagi mereka juga,sejumlah tokoh provokator mereka sudah diamankan terlebih dulu, misalnya Eggy Sudjana dan Kivlan Zein. Dua nama lainnya kabur keluar negeri: Haikal Hassan dan Bachtiar Nasir.
12. Tapi the show must go on. Demo 21-22 Mei adalah bentuk yang lebih sederhana dari yang semula disiapkan. Tapi toh cukup kuat untuk menggetarkan. Mereka memang sengaja merancang kerusuhan. Para demonstran tidak mau bubar saat Magrib. Karena itu, seperti yang sudah mereka harapkan, akhirnya terjadi bentrok.
13. Di malam hari itupun semua semula berjalan damai, sampai kemudian datang gerombolan baru yang dengan sengaja menginjak-injak kawat berduri di depan Bawaslu. Mereka juga melempari polisi dengan petasan. Bahkan belakangan pengunjuk rasa melemparkan bom Molotov. Polisi terpaksa bertindak.
Dalam kekacauan yang terjadi di sejumlah titik, tersiar kabar ada yang kena tembak dan tewas. Hampir pasti itu sudah disiapkan seperti penembakan mahasiswa Trisakti terjadi pada 1998. Hampir pasti bukan polisi yang menembak sampai tewas. Tapi itu sudah cukup membangun kemarahan.
14. Lantas muncullah Amien Rais dengan narasi favoritnya: polisi menembaki dan membunuhi umat Islam. Ini diviralkan melalui berbagai media sosial. Ini diharapkan membangkitkan kemarahan umat Islam.
15. Beredar kabar burung bahwa polisi mengejar dan menembaki demonstran sampai ke dalam masjid.
16. Lantas datang pula Anies Baswedan yang langsung sesudah pulang dari Jepang, menjenguk korban tertembak.
Baca Juga: Update Demo 22 Mei di Slipi Ricuh, 4 Polisi Terluka Dilempar Batu dan Kaca
17. Bahkan juga dibangun fitnah bahwa yang menembaki demonstran adalah polisi-polisi bermata sipit yang diimpor dari Cina.
Menurut Ade, skenario yang diciptakan kubu Prabowo tersebut merupakan propaganda lama. Ia menganggap tujuan dari skenario kerusuhan tersebut adalah terjadinya kekacauan hingga perang saudara.
“Tidak ada yang baru dengan gaya propaganda busuk semacam ini. Mereka akan terus berusaha memanaskan suasana. Mereka berharap kekacauan terjadi. Umat Islam bergerak. Dihambat polisi. Korban berjatuhan. Perang saudara,” kata Ade.
Ade mengatakan untuk menghentikannya aparat keamanan harus menangkap dalang dari skenario tersebut.
Menurutnya Aparat punya wewenang untuk melakukan hal tersebut. Ade juga menganggap orang-orang yang terlibat dalam kerusuhan pasca perhitungan suara Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu hanyalah pion.
“Percayalah, begitu biangnya diciduk gerakan ini akan kocar kacir karena memang pada dasarnya mereka bukan gerakan yang terbangun karena hati nurani. Mereka cuma pion. Anda tentu sudah bisa menduga siapa yang berada di belakang ini semua,” tutur Ade.