Robikin kemudian menerangkan selama ini para kiai di daerah merisaukan fenomena pendangkalan pemahaman agama yang ditandai merebaknya sikap intoleran. Lebih parahnya, sikap ekstremis tersebut mayoritas mengatasnamakan agama.
"Semua di luar kelompoknya kafir dan halal darahnya. Teror adalah di antara ujung pemahaman keagamaan yang keliru seperti ini," ujarnya.
Dengan adanya kondisi tersebut, NU sudah lama terus bekerja untuk mengingatkan bahaya radikalisme tersebut.
"Bahkan NU menyatakan Indonesia sudah kategori darurat radikalisme, disamping darurat narkoba dan LGBT," tuturnya.
Namun, Robikin mengungkapkan meskipun keresahan NU itu dirasakan dalam waktu lama, para kiai tetap bingung dengan pilihan Jokowi.
"Namun para kiai tak habis mengerti terhadap pilihan yang ada," tandasnya.