FACE OF JAKARTA: Jalan Sunyi Gloria Elsa, Sang Perias Jenazah Kaum Miskin

Rabu, 11 Desember 2019 | 15:59 WIB
FACE OF JAKARTA: Jalan Sunyi Gloria Elsa, Sang Perias Jenazah Kaum Miskin
Gloria Elsa tengah merias jenazah. (Suara.com/Fransiska Ditha)

“Jelas bahaya. Zat-zat seperti merkuri, exfoliants, zat yang terkandung dalam bedak misalnya, beberapa ada yang tidak dapat terurai. Akibatnya, mencemari air dan tanah,” kata Sawung.

Ilustrasi kosmetik bekas. (Pexels/Free Creative Stuff)
Ilustrasi kosmetik bekas. (Pexels/Free Creative Stuff)

Sawung Eknas mengapresiasi dengan Elsa yang memanfaatkan limbah kosmetik untuk rias jenazah.

“Bagus. Dari pada (limbah kosmetik) dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir),” ucapnya.

Sampai akhir 2019, Elsa mentaksir sudah sampai 40 jenazah yang dirias sejak 2017.

Kini Elsa pun mulai kuwalahan menerima panggilan rias jenazah gratis ke orang tak mampu. Tak hanya dari Jakarta, dia pernah mendapatkan panggilan ke Surabaya sampai Medan. Persoalan jarak dan waktu jadi persoalan.

"Kematian tidak diprediksi, saya pun tak mungkin terbang dalam sekejap," kata Elsa.

Elsa pun membentuk komunitas Maraton Kebaikan. Mulanya, Maraton Kebaikan hanya saluran donasi makeup untuk merias jenazah dengan kampanye “Don’t throw your makeup”.

Kekinian Maraton Kebaikan membukan kursus rias jenazah untuk sosial. Elsa ingin 'menduplikatkan' dirinya.

Khusus rias jenazah ini, Elsa berlakukan berbayar, tapi seiklasnya. Uang itu, dipakai untuk keperluas rias jenazah.

Baca Juga: FACE OF JAKARTA: Peramal Masa Depan, Nasib di Atas Garis Tangan

Salah satu murid rias jenazah Elsa, Lelaki. Dia Alief Rendi, warga Bogor. Alief datang bersama dengan sang istri untuk belajar merias jenazah hingga siap tutup peti. Alief ingin seperti Elsa, tapi membantu keluarga tak mampu di Bogor.

“Umur saya sudah 33 atau 34, saya benar-benar ingin dikenal sebagai orang apa ya? Saya inginnya unik, tidak mau sama dengan orang. Saya ingin jadikan ini sebagai profesi sampai tua, saya ingin dikenal sebagai perias jenazah,” kata Alief.

Maraton Kebaikan menjadi pintu Elsa untuk mengajak orang lain untuk bergabung dengannya. Ke depan dia ingin mengumpulkan donasi untuk membuat rumah duka sampai mobil jenazah. Semua itu untuk orang-orang yang tidak mampu di akhir hayatnya.

"Mungkin kalau ada orang mampu yang bingung punya banyak uang, tapi mau dikemanakan, bisa disalurkan ke tempat itu (rumah duka Maraton Kebaikan)," kata Elsa.

(Fransiska Ditha)

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI