Virus Corona dalam Konspirasi: Dari Sup Kelelawar hingga Perawat Misterius

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 03 Februari 2020 | 13:04 WIB
Virus Corona dalam Konspirasi: Dari Sup Kelelawar hingga Perawat Misterius
Orang-orang yang memakai masker wajah saat membeli makanan di pasar, Wuhan, Cina, Minggu (26/1). [Hector RETAMAL / AFP]

Menurut teks bahasa Inggris, perempuan itu adalah seorang perawat di rumah sakit Wuhan. Namun, dia sama sekali tidak mengaku sebagai perawat atau dokter dalam video itu.

Ini tampaknya hanya asumsi dari pihak yang mengunggah berbagai versi video ke media sosial.

Perempuan itu, yang tidak menyebut jati dirinya, mengenakan pakaian pelindung di lokasi yang tidak diketahui. Namun, pakaian dan maskernya tidak cocok dengan yang dikenakan oleh staf medis di Hubei.

Karena kota Wuhan dan kota lainnya di Hubei sudah ditutup oleh pihak berwenang, sulit untuk memverifikasi video tersebut.

Tetapi perempuan dalam video itu mengklaim—yang tidak berdasar—mengenai virus tersebut, yang membuatnya tidak mungkin menjadi perawat atau paramedis.

Dia mengklaim bahwa jumlah sebenarnya orang yang terinfeksi virus corona di China adalah 90.000 orang. Tetapi menurut angka resmi, sejauh ini ada lebih dari 4.500 infeksi yang dikonfirmasi.

Perempuan itu juga mengklaim bahwa virus itu mengalami "mutasi kedua" dan dapat menginfeksi hingga 14 orang. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya memperkirakan jumlah infeksi yang dapat ditimbulkan oleh seseorang yang terkena virus adalah 1,4 hingga 2,5.

"Dia tidak terdengar seperti seseorang dari latar belakang medis yang profesional," kata Muyi Xiao, warga asli Wuhan dan editor visual majalah online ChinaFile, mengatakan kepada BBC.

Meskipun lokasi pasti dari video tidak diketahui, kemungkinan bahwa perempuan itu adalah warga Hubei yang berbagi pendapat pribadinya tentang wabah tersebut.

Baca Juga: Kondisi Terkini Nasib 3 WNI di Wuhan Gagal Pulang ke Indonesia

"Saya pikir ada kemungkinan bahwa dia pikir dia mengatakan yang sebenarnya. Karena tidak ada yang tahu yang sebenarnya," kata Badiucao, aktivis politik China yang saat ini tinggal di Australia, kepada BBC.

"Tidak adanya transparansi membuat masyarakat menebak-nebak dan panik."

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI