8 Perempuan Pemberani PD II: dari Rasuna Said hingga Ratu Kematian Soviet

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Jum'at, 08 Mei 2020 | 16:41 WIB
8 Perempuan Pemberani PD II: dari Rasuna Said hingga Ratu Kematian Soviet
Ilustrasi Rasuna Said. Perempuan asal Minangkabau ini merupakan Pahlawan Nasional Indonesia. [Dok. BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Mya Mi bergabung ke kelompok perlawanan pada Perang Dunia II. Dia selalu membawa pedang dan botol berisi racun untuk melindungi diri dari musuh.

Tahun 1944 dia berpergian jalan kaki melewati wilayah musuh dan mendaki pegunungan yang dikontrol pasukan Inggris. Tujuannya, melawan pasukan Jepang.

Dia dikenal pernah membalut lukanya dengan sarung dan menolak tawaran kawan-kawan lelakinya untuk membopongnya.

Di India, Mya Mi berkontribusi dengan menyebar pamflet berisi betapa buruknya perlakuan Jepang terhadap penduduk Myanmar.

Walau berencana kembali ke Myanmar dengan suami setelah melahirkan anak pertama mereka, dia memberi jatah kursinya untuk seorang prajurit.

Dia baru bisa kembali ke negaranya pada Oktober 1945 setelah perang berakhir.

Perjuangannya tidak berakhir di situ karena dia terus menggelorakan tuntutan kemerdekaan dan setelahnya, pembebasan Myanmar dari rezim militer yang otoriter.

Lyudmila Pavlichenko, Wanita Pembawa Kematian

Ilustrasi Lyudmila Pavlichenko. [Dok. BBC]
Ilustrasi Lyudmila Pavlichenko. [Dok. BBC]

Lyudmila Pavlichenko adalah salah satu sniper paling gemilang sepanjang sejarah. Sebanyak 309 tentara Jerman terkonfirmasi tewas ditembak selama pendudukan Nazi di Uni Soviet tahun 1941, saat masa PD II.

Baca Juga: Cuit Postingan Cabul, Akun Twitter Giannis Di-Hack

Puluhan korbannya adalah spiner yang kalah dalam pertarungan 'kucing-tikus'. Keberhasilan Lyudmila membunuh musuh selama pengepungan Kota Sevastopol dan Odessa diganjar julukan 'wanita pembawa kematian'.

Para penembak jitu Nazi tidak dapat menemukannya, walau ia terluka akibat ledakan mortar. Sempat pulih, dia akhirnya ditarik dari garis depan.

Lyudmila belakangan diserahi tugas menggunakan ketenarannya untuk menarik dukungan terhadap upaya Soviet berperang melawan Nazi.

Sebagai representasi citra Tentara Merah Soviet, ia pergi ke banyak negara, termasuk bertemu Presiden Amerika Serikat kala itu, Franklin Roosevelt.

Maski dianugerahi Bintang Emas Pahlawan Uni Soviet, kisahnya dihilangkan dari sejarah.

"Mengejutkan bahwa sniper perempuan dengan kemampuan luar biasa tidak diingat dan dihargai setelah ia meninggal," kata aktivis gender, Iryna Slavinska.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI