Penanganan COVID-19, Ilmuwan Indonesia Merasa Tak Dilibatkan Pemerintah

Selasa, 19 Mei 2020 | 13:04 WIB
Penanganan COVID-19, Ilmuwan Indonesia Merasa Tak Dilibatkan Pemerintah
Rapid test virus corona. (Antara)

Suara.com - Sejumlah kebingungan menyeruak melihat status pandemi corona alias COVID-19 di Indonesia kekinian. Seperti diketahui Pemerintah Pusat, Daerah, dan Ikatan Dokter Indonesia pernah memegang angka kasus berbeda.

Terlebih, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada penerapannya banyak dilanggar. Namun, belakangan sudah ada rencana segera dilonggarkan tanpa alasan jelas.

Pakar sains dan ilmuwan merasa tidak dilibatkan pemerintah dalam mengambil keputusan. Alhasil, jika ada pernyataan Indonesia sudah aman dari virus corona, itu tidak memiliki bukti ilmiah.

Padahal, menurut Professor Jeremy Rossman, Presiden dan pendiri dari Research-Aid Networks, masalah pandemi virus corona menjadi lebih kompleks saat tidak cukup data dan fakta sains.

Pakar virus dari University of Kent, Inggris ini menjelaskan masalah yang kompleks mempengaruhi perilaku psikologi, sosial, bahkan ekonomi dari setiap warganya.

"Jadi saya rasa yang diperlukan adalah memisahkan apa yang kita ketahui dari apa yang kita duga," ujarnya kepada ABC Australia--jaringan Suara.com--, Selasa (19/5/2020).

Memberi masukan jadi 'tantangan besar'

Pandu Riono, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) yang merancang pemodelan COVID-19 di Indonesia adalah salah satu orang yang sejak awal sadar pentingnya sains dalam penanganan wabah corona.

Sejak virus corona di Wuhan merebak, ia sudah mulai mempelajarinya sebagai langkah antisipasi bila virus ini masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Sebut Tenaga Medis 'Alay' dan Ngaku Tak Takut Corona, Pria Ini Tuai Hujatan

"Sejak bulan Januari kami sudah expect [menduga kasus corona ada di Indonesia] dan kesal juga, kok laporan [kasusnya] negatif terus. Denial [penyangkalan] pemerintah saat itu juga luar biasa tingginya," kata Pandu kepada Hellena Souisa dari ABC News.

Sikap menganggap enteng virus corona yang dipertontonkan pejabat Indonesia mendorong Pandu untuk giat meneliti wabah corona jika sewaktu-waktu pemerintah memerlukan bantuan.

Pandu dan sejawatnya kemudian membuat pemodelan terkait lonjakan pasien jika kita tidak ada intervensi yang serius, yang akhirnya dipakai oleh BAPPENAS untuk mengestimasi kebutuhan rumah sakit.

Selain itu, ia juga mempresentasikan temuannya ke beberapa pemerintah daerah. Tapi bukan berarti input-input yang diberikan Pandu langsung diterima oleh pemerintah.

"[Memberikan input kepada pemerintah] ini tantangan besar untuk saya, terutama bagaimana menerjemahkan penemuan akademis menjadi sebuah kebijakan," tutur Pandu.

Masalah di birokrasi dan 'angka yang cocok'

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI