Suara.com - Virus corona selama ini jadi momok yang menakutkan bagi semua kalangan. Di Filipina, terungkap fakta yang lebih mengerikan dari virus itu sendiri.
Sebuah laporan mendalam dari Rappler mengungkap praktik prostistusi terselubung yang dilakukan oleh polisi Filipina pada para wanita yang terpaksa melewati batas sosial demi sesuap nasi.
Seorang wanita yang memiliki nama samaran sebagai Marivic terpaksa melanggar aturan pembatasan sosial karena jatah beras yang diberikan pemerintah sudah tak cukup untuk menyambung hidup.
Satu-satunya harapan Marivic ada pada pria beristri yang kerap menghubunginya via ponsel. Ia kemudian berjalan selama dua jam dan melewati pos pemeriksaan untuk bisa menemui pria tersebut.
Begitu sampai di pos penjagaan, Marivic kembali berhadapan dengan polisi yang wajahnya sangat ia kenal, sebut saja Andres. Ketika remaja, Marivic pernah bercinta dengan Andres dan ia dibayar dengan uang tunai kala itu.
Namun hubungan keduanya jadi semakin runyam ketika Andres minta berhubungan seks dengannya dan mengganti uang bayaran dengan ancaman.
Marivic tahu Andres tidak akan membiarkannya lewat kecuali dia memberikan apa yang diinginkan polisi itu. Sekali lagi, ia harus menelanjangi diri dan tunduk pada Andres untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Andres mengantarnya kembali ke rumahnya untuk diperkosa. "Ini memalukan tetapi saya benar-benar putus asa pada saat itu," ujar Marivic pada Rappler.
Setelah diperkosa, Andres memberinya sepotong roti, uang 150 peso dan tumpangan. Belakangan, ini menjadi semacam paket yang umum dijumpai kala pembatasan sosial. Ya, para wanita ini menukar tubuh mereka untuk tiket keluar saat karantina plus transportasi. Sungguh mengerikan.
Baca Juga: 5 Artis Dikira Jalani Praktik Prostitusi, Ada yang Ditawar Rp 600 Juta
Kisah Lainnya datang dari pria-pria yang menjajakan tubuhnya. Mereka juga turut merasakan hal yang sama, atau paling tidak, itulah yang diungkapkan oleh Randy, nama samaran seorang mucikari yang mengelola jasa prostituasi.
Menurutnya, bisnis prostitusi menjadi sangat sulit semenjak pandemi virus corona. Apalagi pemerintah memperpanjang masa karantina, sehingga Randy terpaksa mengirim pesan rutin pada para pelanggannya agar bisnis tetap berjalan.
"Mereka ada di sini, Anda dapat memilih siapa pun yang Anda suka. Mereka tidak dapat pulang ke provinsi mereka karena COVID-19," bunyi pesan Randy pada para pelanggannya.
Randy mengatakan kepada Rappler bahwa mereka kesulitan mendapatkan bantuan dari pemerintah karena tidak dianggap sebagai rumah tangga keluarga.
"Mereka memberi kami bahan makanan pada hari Sabtu lalu, tetapi prosesnya sangat sulit," ungkapnya.
"Salah satu orang di sini, Jasper, berjalan bermil-mil hanya untuk sampai ke salah satu klien dan itulah sebabnya kami memiliki uang tunai sekarang," lanjut Randy.