"Siapa sih Trump itu, sampai ia berani mengajukan usul tersebut? Apa tanah ini milik dia?" kata Yehya.
Ia memetik buah persik, membelahnya dan memberikannya ke saya.
"Saya bisa memberi buah ini ke Anda, karena buah ini milik saya. Kalau ini bukan milik saya, bagaimana mungkin saya bisa menyerahkannya ke Anda?"
Warga Yahudi: 'Mestinya seluruh Tepi Barat diambil Israel'
Saya melanjutkan perjalanan ke Efrat.
Saya melewati dinding, pagar dan pos pemeriksaan. Ini adalah pemisah fisik yang oleh Israel dibangun untuk "melindungi keselatan warga mereka dari serangan bom bunuh diri".
Dinding pemisah dibangun antara 2000 hingga 2005.
Namun bagi banyak pihak, dinding pemisah semacam ini adalah "alat untuk merampok tanah".
Pembangunan permukiman di sini adalah pelanggaran hukum internasional.
Baca Juga: Lewat Aneksasi, Israel Ingin Kuasai Tanah Paling Subur di Palestina
Dalam hukum ini disebutkan secara jelas, negara yang menduduki satu wilayah secara militer dilarang memindahkan warga mereka ke wilayah yang diduduki tersebut.
Israel menyatakan tidak sependapat dengan argumen ini. Bagi mereka, Tepi Barat "bukan wilayah pendudukan" namun "wilayah yang dipersengketakan".
Saya memasuki kawasan Efrat setelah mendapat lampu hijau dari penjaga yang dilengkapi senjata api.
Jalan-jalan di sini tak terlalu ramai. Di luar satu kafe saya menemui Yedidia Mosawi Sharon Barazani, dua anak muda berusia 20-an tahun.
Mosawi mengatakan ia tadinya tinggal di satu permukiman di Hebron, yang terletak di Tepi Barat selatan.
Ia mengatakan Tepi Barat sangat penting bagi Israel.