Jeritan Hati Warga Palestina: Susun 10 Bata Saja Pasti Dihancurkan Israel

Syaiful Rachman Suara.Com
Sabtu, 27 Juni 2020 | 16:55 WIB
Jeritan Hati Warga Palestina: Susun 10 Bata Saja Pasti Dihancurkan Israel
Warga Palestina menceritakan kerasnya sikap Israel terhadap warga di Tepi Barat. [BBC]

Ia mengatakan rencana PM Netanyahu mencapok 30% wilayah Tepi Barat tak cukup.

"Mestinya hukum Israel berlaku di semua kawasan [Tepi Barat]. Dalam sejarah, tanah ini milik kami. Bagi orang-orang Yahudi, tanah ini sangat penting, kami tak punya tempat di negara lain untuk bermukim," kata Mosawi.

Barazani menambahkan, "Anda tak bisa meminta orang untuk meninggalkan tanah mereka, rumah mereka."

Membangun infrastruktur besar-besaran

Selain rumah-rumah bagi warga Yahudi, Israel membangun infrastruktur lain, seperti jembatan besar yang nantinya menghubungkan Yerusalem dengan Efrat dan permukiman-permukiman lain di Tepi Barat selatan.

Banyak yang mengatakan, apa yang diusulkan Presiden Trump tak lebih dari "formalisasi realitas di lapangan", bahwa selama 50 tahun ini Israel melaksanakan pembangunan infrastruktur, yang oleh masyarakat internasional dikatakan ilegal.

"Inilah kisah Tepi Barat dalam 53 tahun terakhir," kata Dror Etkes, direktur lembaga nonpemerintah di Israel yang memantau pembangunan permukiman bagi warga Yahudi.

"Yang dilakukan [Israel] adalah menyita tanah dan memberikannya kepada warga Israel. Itu pertama. Yang kedua, mereka mencegah perluasan komunitas Palestina," kata Etkes.

Etkes mengatakan pembangunan yang dilakukan Israel adalah yang terbesar yang pernah mereka lakukan di Tepi Barat dalam dua dekade terakhir.

Baca Juga: Lewat Aneksasi, Israel Ingin Kuasai Tanah Paling Subur di Palestina

Mereka membangun jalan, pipa air, sistem penjernihan, dan sistem pembuangan, yang menurut Etkes, membuka pintu lebar-lebar bagi peningkatan jumlah pemukim Israel secara signifikan di masa mendatang.

Satu lembaga kajian di Amerika Serikat memperkirakan, aneksasi 30% wilayah Tepi Barat bisa berdampak langsung bagi sekitar 110.000 warga Palestina.

'Kami tak akan menyerah, kami tak ingin jadi pengkhianat'

Saya melanjutkan perjalanan menuju Ramallah, kota yang menjadi kantor pusat Otorita Palestina.

Lembaga ini lahir setelah dicapai Perjanjian Oslo pada 1990-an, salah satu tonggak penting dalam upaya menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan Otorita Palestina tak lagi terikat dengan perjanjian yang telah disepakati dengan Israel dan Amerika.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI