"Musim panas di Nuuk suasananya sangat berbeda. Saat berada di sana [beberapa tahun lalu] kami mengatakan kami harus membawa anak-anak ke sini suatu saat nanti," kata Kleist.
"Sekarang inilah saat yang tepat," katanya.
Dr Hayley Stainton, penulis blog dan guru sekolah yang banyak mengajar tentang pariwisata, mengatakan sekarang ini makin banyak turis yang tertarik berkunjung ke pedesaan atau ke ladang-ladang pertanian.
Namun ia mengingatkan kunjungan ke wilayah pedesaan bisa berdampak negatif.
"Tak masalah jika pedesaan tersebut ada di negara dengan wilayah luas seperti Australia, India, atau Amerika Serikat," kata Stainton.
Tapi bagi negara-negara kecil seperti Inggris misalnya, kunjungan wisatawan dalam jumlah besar ke satu pedesaan bisa menjadikan desa itu tiba-tiba menjadi sangat ramai dan sibuk.
Lonjakan pengunjung bisa menyebabkan kemacetan lalu lintas lokal.
Terlepas dari potensi dampak negatif ini, sejumlah negara mendorong wisata di dalam negeri.
Pemerintah Jepang misalnya meluncurkan diskon bagi pelancong, sementara Yunani menawarkan potongan pajak bagi para pelaku sektor pariwisata.
Baca Juga: Diterpa Isu Perceraian, Intip Foto Liburan Laudya Cynthia Bella Tanpa Suami
Menghadirkan suasana tujuan wisata
Danyanita Singh, fotografer dan perupa dari New Delhi memiliki kiat sendiri dalam mengatasi pembatasan perjalanan di era 'new normal'.
Ia sadar dalam situasi ini, banyak negara yang masih menutup bagi wisatawan asing, namun pembatasan perjalanan bukan akhir dari segala-galanya.
"Katakanlah kita ingin ke Venesia, Italia, namun itu jelas tidak dimungkinkan saat ini ... mengapa kita tak menghadirkan suasana Venesia di rumah kita?" katanya.
"Lakukan riset tentang tujuan wisata yang ingin kita kunjungi. Sekarang kita tak bisa pergi, ketika saatnya nanti kita ke sana, setidaknya kita sudah punya lebih banyak informasi tentang daerah wisata yang kita kunjungi," ujar Singh.
Justin Francis, direktur Responsible Travel di Inggris, sepakat dengan pandangan tersebut.