Suara.com - Jarum jam belum tepat pada angka 06.00 WIB, tapi Ananta Widi Sawega, siswa yang baru naik kelas IX, sudah berpakaian rapi mengenakan seragam sekolah lengan panjang, bercelana biru lengkap dengan dasinya di leher.
Pada saat yang bersamaan, bapaknya yang bernama Paidi, juga masih belum bersiap untuk kerja.
Bahkan, dia masih santai duduk di teras rumah sambil nyeruput kopi hitam buatan istrinya. Sama seperti yang dilakukan setiap pagi.
Tiba-tiba, Ega (nama sapaan anaknya), menyodorkan ponsel ke bapaknya dan meminta untuk memotretnya di kursi ruang tamu.
"Pak, ayo fotoen (Pak, ayo fotokan)," ujar pelajar SMP Negeri 2 Surabaya tersebut.
Sang bapak yang belum tahu maksudnya itupun menjawab sambil keheranan karena anaknya meminta difoto saat akan berangkat sekolah.
"Lho arep sekolah lapo difoto? (lho, mau berangkat sekolah kenapa difoto?)," jawab Paidi.
Ega lantas menjawab bahwa hasil foto akan dikirimkan ke layanan daring sekolah sebagai laporan di hari pertama masa ajaran baru tahun pelajaran 2020/2021.
"Ojok lali sangune pak, koyok sekolah mbiyen. (Jangan lupa uang sakunya pak, seperti masa sekolah dulu)," tutur Ega mengingatkan sang bapak tetap memberi uang saku meski belajar dari rumah.
Baca Juga: Gugus Tugas COVID-19: Jika Sekolah Dibuka, 1 Kelas Hanya 25 Persen Murid
Paidi lantas mengerti bahwa anak bungsunya tersebut berseragam rapi, lalu difoto hanya untuk laporan ke sekolah dan tak ada proses belajar mengajar di sekolah.
Bapak dua anak itu mengaku tidak mengetahui bahwa hari ini adalah dimulainya tahun ajaran baru, termasuk proses belajar mengajar dilakukan secara daring.
"Saya baru tahu saat Ega yang jelaskan. Maklum, biasanya ibunya yang mengurusi semua," kata warga Mrutu, Kalianyar, Surabaya, itu sembari tertawa.
Tentang proses belajar di rumah, Paidi mengakui bahwa metode tersebut tidak efektif jika dibandingkan sekolah di kelas atau secara tatap muka.
Namun, sebagai orang tua ia tak bisa berbuat apa-apa dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah.
"Kalau boleh memilih, ya lebih senang anak sekolah di kelas. Tapi karena pandemi ini dan Surabaya masih zona merah maka kami sebagai orang tua ingin yang terbaik saja," katanya.