"Karena memang gejala sakit ayah dianggap suspect, meski belum keluar hasil swab test tetap harus ikuti protokol dong," jelas LE.
Terlebih, ibunya dan anggota keluarga yang lain juga ikhlas jika jenazah ayah LE diperlakukan sesuai protokol.
Kemudian, sepupu itu menyuruh suami LE pulang dari rumah sakit dengan alasan mereka yang akan mengurus jenazah.
Mereka mengatakan bahwa jenazah akan tiba di rumah pukul 08.00 pagi. LE pun mempercayainya karena informasi itu sama dengan yang disampaikan oleh pihak rumah sakit.
Tiba-tiba sekitar jam 07.00 pagi salah satu sepupunya meneleponnya bahwa jenazah ayahnya sudah di TPU Pondok Rangon.
"Hah? Kok udah? Katanya jam 8?" tanya LE yang terkejut mendengar kabar itu.
LE lantas bergegas menyusul jenazah sang ayah bersama ibunya menuju Pondok Rangon.
Namun sesampainya di sana, LE mendapat kabar bahwa ternyata jenazah ayahnya tidak berada di tempat itu.
"Jenazah enggak ke Pondok Rangon tapi dibawa ke Sumatera, katanya ke kampungnya," kata seseorang kepada LE.
Baca Juga: Pabrik Mebel di Cakung Terbakar, Diduga Langgar Protokol Covid-19
Bak disambar petir, LE begitu terkejut mendengar kabar itu. Tubuhnya begitu lemas ketika kembali mengendarai mobil sekaligus menenangkan sang ibu yang sudah hampir pingsan.
LE menyelidiki bahwa dua sepupunya lah yang berada di balik peristiwa ini.
"Ternyata mereka sekongkol bilang ke pihak RS kalau gue, anaknya almarhum, enggak bisa dihubungi. Nyokap gue, istrinya almarhum, juga sama," ujar LE.
Selain itu, kedua sepupunya juga sempat mengancam pihak rumah sakit akan memanggil wartawan jika jenazah ayah LE tak segera diizinkan keluar.
Kekinian, jenazah ayah LE sudah kembali ke rumah sakit dan akan dimakamkan ke TPU Pondok Rangon seperti yang direncanakan sebelumnya.