Sikap Fadli Zon Soal KAMI Bagus Jika Dimulai Mundur dari Partai dan DPR

Siswanto Suara.Com
Minggu, 30 Agustus 2020 | 12:30 WIB
Sikap Fadli Zon Soal KAMI Bagus Jika Dimulai Mundur dari Partai dan DPR
Politisi Partai Gerindra dan Wakil Ketua DPR RI, Fadli Zon. [Suara.com/Bowo Raharjo]

"Mereka, misalnya, meminta agar para penyelenggara negara, khususnya pemerintah, DPR, DPD, dan MPR agar tidak menyimpang dari jiwa Pembukaan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat Pancasila. Tidak ada yang keliru dengan tuntutan tersebut," Fadli Zon menambahkan.

"Sebagai anggota  @DPR_RI, saya justru berterima kasih karena ada yg mengingatkan untuk apa dan siapa sebenarnya kita harus bersuara di parlemen."

Fadli Zon menanggapi beragam penilaian terhadap KAMI. Penilaian bahwa gerakan KAMI diisi oleh orang-orang yang kalah, atau pernah kalah, menurut Fadli Zon, adalah ungkapan sinikal yang tak paham makna demokrasi. Sebab, dalam kacamata demokrasi, tak dikenal konsep “yang menang” dan “yang kalah”.

Demokrasi, kata dia, hanya mengenal konsep “penguasa” dan “oposisi”, yang menunjukkan pentingnya mekanisme ‘check and balances’ dalam soal pemerintahan.

Menurut dia tokoh-tokoh yg mendeklarasikan KAMI kemarin bukanlah “orang-orang kalah.” Sebagian merupakan senior citizens yang punya reputasi terpuji. Mereka adalah orang-orang yang mewakafkan diri untuk meluruskan jalan yang bengkok. Dalam bingkai demokrasi, posisi mereka sangat terhormat, kata Fadli Zon.

Di sisi lain, menurut dia, munculnya gerakan-gerakan seperti ini menunjukkan sedang ada masalah serius menggelisahkan masyarakat. Inilah poin paling penting yang seharusnya kita perhatikan, katanya.

Menurut Fadli Zon, mMasyarakat menilai, sesudah dua puluh tahun Reformasi, hampir semua tuntutan saat Reformasi kini sedang dijegal. Dulu kita menentang korupsi, misalnya, namun kini lembaga anti-korupsi justru dilemahkan.

"Dulu menentang nepotisme, kini nepotisme dianggap biasa. Semua itu telah mencederai rasa keadilan masyarakat.Pada saat bersamaan, kanal-kanal politik yang seharusnya dapat menyalurkan kegelisahan publik dianggap macet. Semakin sedikit juru bicara rakyat," kata dia.

Begitu juga halnya dengan saluran-saluran ekstra parlementer. Perguruan tinggi dan intelektual kampus, misalnya, yang mestinya bisa menjaga jarak terhadap kekuasaan, sehingga bisa jernih menangkap kegelisahan publik, kini justru seperti terkooptasi oleh kekuasaan, kata Fadli Zon.

Baca Juga: Fadli Zon: Kehadiran KAMI Jadi Hawa Segar Bagi Demokrasi yang Makin Sumpek

"Hal serupa juga terjadi pada gerakan mahasiswa. Di bawah pemerintahan Presiden @jokowi, gerakan mahasiswa bisa dikatakan mengalami mati suri. Sehingga, munculnya KAMI, yang diusung oleh sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang, adalah bentuk kanalisasi kegelisahan publik. Kemunculan KAMI adalah hal biasa dalam demokrasi. Bahkan, bagi saya, kehadiran mereka merupakan vitamin bagi demokrasi. Jika gerakan semacam KAMI ini tidak muncul, maka demokrasi kita sebenarnya sedang berada dalam ancaman," katanya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI