Para eksekutif industri lainnya mengatakan keputusan untuk menggunakan teknologi seperti itu dapat memakan waktu hingga 2040.
Tantangan yang akan dihadapi Airbus adalah menemukan cara untuk menyimpan hidrogen cair yang mudah menguap dengan aman selama penerbangan pada suhu yang sangat dingin.
Airbus menepis kekhawatiran bahwa hidrogen tidak aman dan menyerukan investasi besar-besaran dalam infrastruktur energi terbarukan.
Meskipun sudah dibahas sejak tahun 1970-an, hidrogen tetap terlalu mahal untuk digunakan secara luas. Para pendukung mengatakan investasi infrastruktur dan permintaan yang meningkat akan menurunkan biaya.
Sebagian besar hidrogen yang digunakan saat ini diekstraksi dari gas alam, yang menghasilkan emisi karbon.
Namun, Airbus mengatakan hidrogen yang digunakan untuk penerbangan akan diproduksi dari energi terbarukan dan diekstraksi dari air dengan elektrolisis.
Menurut perusahaan pesawat asal Prancis tersebut, itu adalah proses bebas karbon jika didukung oleh listrik terbarukan, tetapi saat ini masih mahal.