Pejabat separatis di Karabakh menggambarkan situasi di sepanjang garis depan pada Kamis malam, tegang dengan kedua belah pihak saling tembak artileri.
"Musuh berusaha menyusun kembali pasukannya, tetapi pasukan Armenia menekan semua upaya semacam itu."
Kedua belah pihak mengklaim telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan lawan.
Disebutkan, bentrokan ini telah menewaskan 127 pihak Armenia, dengan 104 tentara dan 23 warga sipil.
Azerbaijan belum mengakui adanya korban militer, tetapi seorang wartawan AFP di wilayah Beylagan selatan menyaksikan pemakaman seorang tentara yang tewas dalam bentrokan itu.
Perselisihan menahun antara mayoritas Kristen Armenia dan sebagian besar Muslim Azerbaijan ini, memantik tanggapan dari luar negeri.
Moskow berulang kali menyerukan diakhirinya pertempuran hingga pada Rabu (30/9), menawarkan untuk menjadi tuan rumah negosiasi.
Rusia menyerukan gencatan senjata segera dan kekuatan regional lainnya, sedangkan Turki mengatakan akan mendukung Azerbaijan.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dalam percakapan telepon pada Rabu malam, mengeluarkan seruan terbaru untuk penghentian total pertempuran di Karabakh dan mengatakan mereka siap untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk membantu menyelesaikan konflik.
Baca Juga: Konflik Azerbaijan vs Armenia, Kim Kardhasian Dukung Negara Ayahnya
Departemen Luar Negeri AS mengutuk peristiwa tersebut dan menyerukan penghentian segera permusuhan dan retorika atau tindakan lain yang dapat memperburuk masalah.
Uni Eropa dan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mendesak kedua belah pihak untuk menghentikan tindakan militer dan kembali berunding, seperti yang dilakukan Paus Fransiskus.
Sedikitnya 200 orang tewas dalam konflik antara Armenia dan Azerbaijan pada April 2016. Sedikitnya 16 orang tewas dalam bentrokan Juli.