Di sisi lain, Azerbaijan yang juga mengumumkan darurat militer, menyebut pasukannya menanggapi serangan dari Armenia yang berujung pada terbunuhnya satu keluarga.
Pihak Nagorno-Karabakh awalnya menyangkal klaim Azerbaijan yang menyatakan telah menguasai setidaknya tujuh desa. Tapi belakangan, mengakui mereka kehilangan "beberapa posisi."
Menurut aktivis sayap kanan Armenia, bentrokan pada Minggu itu juga mengakibatkan seorang perempuan dan anak dari etnis Armenia tewas.
Sementara pada Kamis (1/10), dua ledakan disebutkan terdengar di ibu kota provinsi yang memisahkan diri, Stepanakert. Terjadi saat tengah malam, penduduk mengatakan kota itu telah diserang oleh drone.
Kementerian pertahanan Azerbaijan, Kamis, mengatakan pasukannya telah melakukan "serangan artileri yang menghancurkan posisi pasukan Armenia di wilayah pendudukan," sepanjang malam.
Pejabat separatis di Karabakh menggambarkan situasi di sepanjang garis depan pada Kamis malam, tegang dengan kedua belah pihak saling tembak artileri.
"Musuh berusaha menyusun kembali pasukannya, tetapi pasukan Armenia menekan semua upaya semacam itu."
Kedua belah pihak mengklaim telah menimbulkan kerugian besar pada pasukan lawan.
Disebutkan, bentrokan ini telah menewaskan 127 pihak Armenia, dengan 104 tentara dan 23 warga sipil.
Baca Juga: Konflik Azerbaijan vs Armenia, Kim Kardhasian Dukung Negara Ayahnya
Azerbaijan belum mengakui adanya korban militer, tetapi seorang wartawan AFP di wilayah Beylagan selatan menyaksikan pemakaman seorang tentara yang tewas dalam bentrokan itu.