![Kodo Nishimura saat menjadi penata rias dengan kostum.[Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/10/12/56886-kodo-nishimura-saat-menjadi-penata-rias-dengan-kostum.jpg)
Nishimura mengatakan dia memutuskan untuk keluar setelah menghabiskan waktu belajar di Amerika Serikat dan mulai bekerja sebagai make-up artis.
Sang biksu belum menerima reaksi keras dari dalam komunitas Buddhisnya, meskipun dia mengatakan terkadang menerima komentar dan pesan yang mengejeknya di media sosial.
Terlepas dari sikap konservatif yang tersebar luas, undang-undang Jepang tentang masalah LGBT + relatif liberal dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, dengan seks gay legal sejak 1880.
Tetapi meskipun sekitar dua lusin kota, kota kecil, dan kelurahan mengeluarkan sertifikat kemitraan sesama jenis, para aktivis hak LGBT+ mengatakan mereka tidak memiliki kedudukan hukum dan prasangka tetap ada.
Hal itu mendorong Nishimura untuk menulis bukunya, yang menceritakan peralihannya dari perasaan kesepian dan rendah diri menjadi seperti sekarang ini.
Ia berharap ceritanya dapat meningkatkan kesadaran dan memicu diskusi tentang masalah hak LGBT+. "Begitu orang mulai belajar tentang keragaman, hukum (untuk hak LGBT +) akan mengikuti," katanya.