Media dan banyak kalangan pakar di AS meyakini Trump berusaha menduplikasi taktik yang empat tahun silam sukses membalikkan angka jajak pendapat.
Dan sama dengan empat tahun silam ketika melancarkan serangan pribadi untuk mencederai citra Hillary Clinton lewat eksploitasi integritasnya yang memang determinan dalam pemilu AS.
Debat Terakhir
![Debat calon presiden Amerika Serikat Joe Biden vs Donald Trump.[Twitter]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2020/10/01/90852-debat-calon-presiden-amerika-serikat-joe-biden-vs-donald-trump.jpg)
Kalau empat tahun lalu dia menggoreng isu email kantor yang digunakan untuk kepentingan pribadi Clinton, maka kali ini Trump konstan menyerang Biden dengan tudingan terkait korupsi di Ukraina yang disebutnya dilakukan anaknya Hunter Biden yang menjadi direksi sebuah perusahaan energi di sana, sekalipun tak ada satu pun bukti hukum dan material yang menguatkan tuduhan dia ini.
Tetapi tim kampanye Trump yakin manuver saat-saat terakhir ini akan efektif seperti terjadi pada pemilu 2016.
Masalahnya, situasi 2020 berbeda dengan situasi 2016. Saat ini rakyat AS fokus terhadap epidemi COVID-19 yang sudah merenggut 221 ribu nyawa.
Namun demikian di tengah gencarnya serangan pribadi itu, Biden tetap unggul di negara bagian-negara bagian suara mengambang yang menentukan kemenangan pemilu seperti Pennsylvania, Florida, Wisconsin dan Michigan.
Biden juga mengungguli Trump sampai selisih 28 persen dalam hal dukungan dari suara kaum perempuan non urban yang dulu menjadi pendukung setia Trump.
Pada pemilu 2016 Trump mendapatkan dukungan besar dari pemilih wanita kulit putih, tetapi kecenderungan ini tengah bergeser kepada Biden.
Baca Juga: Klaim Kebal Covid-19, Donald Trump Dapat Julukan 'Superman' dari Pendukung
Trump juga tercampakkan di kalangan pemilih usia lanjut yang pada pemilu lalu mayoritas mendukung dia.