Prancis dan Jerman Kembali Lockdown karena Lonjakan Covid-19

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 29 Oktober 2020 | 11:14 WIB
Prancis dan Jerman Kembali Lockdown karena Lonjakan Covid-19
Ilustrasi Lockdown. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Prancis setiap hari telah dilanda lonjakan sebanyak 36.000 kasus baru COVID-19.

Jerman, yang tidak terlalu terpukul dibandingkan sejumlah negara tetangganya di Eropa awal tahun ini, mengalami peningkatan kasus secara berlipat.

"Kalau kita menunggu sampai unit perawatan intensif penuh, itu akan terlambat," kata Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn.

Jerman sudah mulai menerima pasien-pasien dari Belanda, negara tetangga yang kapasitas rumah sakitnya sudah mencapai batas.

Wakil Perdana Menteri Rusia Tatiana Golikova mengatakan pada Rabu bahwa ketersediaan ranjang-ranjang rumah sakit sudah terisi 90 persen di 16 wilayah negara itu.

Beberapa pejabat telah memperingatkan bahwa bahkan sistem kesehatan yang dilengkapi dengan baik, seperti yang ada di Prancis dan Swiss, dapat mencapai titik puncak dalam beberapa hari.

Sementara itu, harapan bahwa pengobatan baru dapat mengekang penyebaran virus corona terhambat ketika kepala satuan tugas pengadaan vaksin Inggris mengatakan bahwa vaksin yang sepenuhnya efektif mungkin tidak akan pernah dikembangkan dan versi-versi awal kemungkinan besar tidak sempurna.

Menurut angka terbaru dari Organisasi Kesehatan Dunia pada Selasa (27/10), Eropa melaporkan 1,3 juta kasus baru dalam tujuh hari terakhir.

Jumlah tersebut hampir setengah dari sekitar 2,9 juta yang dilaporkan di seluruh dunia.

Baca Juga: Turki Kecam Charlie Hebdo soal Karikatur Cabul Erdogan

Eropa dalam sepekan terakhir mencatat lebih dari 11.700 kematian, yang merupakan lonjakan sebesar 37 persen dari minggu sebelumnya.

Sejauh ini di seluruh dunia, kasus COVID-19 tercatat lebih dari 42 juta dan sedikitnya 1,1 juta orang meninggal akibat penyakit virus tersebut, yang pertama kali dilaporkan muncul di Kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.

Pemerintah di seluruh Eropa telah mendapat kecaman karena kurangnya koordinasi dan dianggap gagal menggunakan jeda kasus selama musim panas untuk meningkatkan penanganan, sehingga membuat rumah-rumah sakit tidak siap.

Di Amerika Serikat, gelombang baru infeksi telah mencatat serangkaian rekor, enam hari menjelang pemilihan presiden.

Presiden Donald Trump telah meremehkan virus corona dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan membatalkan kampanye.

Para pendukungnya sering menolak menggunakan masker atau menjaga jarak yang aman saat menghadiri kampanye. (Sumber: Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI