Kematian Hegel, dan Kebangkitannya saat Pandemi Covid-19

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 14 November 2020 | 13:19 WIB
Kematian Hegel, dan Kebangkitannya saat Pandemi Covid-19
GWF Hegel. [DW]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Debat para filsuf pukul 4 pagi

Semasa tinggal di asrama universitas, dua orang teman sekamar Hegel adalah pemuda yang juga di kemudian hari bakal menjadi filsuf dan penulis kenamaan, Fredrich Hölderlin (1770-1843) dan Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1845).

Hampir setiap hari, ketiga pemuda itu, Hegel, Hölderlin dan Schelling bangun pukul 4 pagi untuk saling berdebat.

Siapa pun yang telat dan tidak bisa bangun sepagi itu harus menyerahkan jatah minuman anggurnya sebagai hukuman.

Sekitar masa inilah Revolusi Prancis pecah. Hegel ikut merayakan pergolakan politik tersebut, tanpa menjadi seorang revolusioner militan.

Setelah studinya berakhir, Hegel dililit masalah keuangan. Untuk mengatasi masalahnya, Hegel memberikan tutorial secara privat dan menulis teks jurnalistik hingga tahun 1805, ketika dia diangkat menjadi profesor.

Selain itu, Hegel juga terus menulis karyanya sendiri. Karier ilmiah Hegel dapat dibilang dimulai terlambat, dan dia juga menikah pada usia yang cukup matang menurut ukuran zaman itu.

Hegel memang bukan dikenal karena parasnya yang rupawan. Sering disebut-sebut, keningnya terus-menerus berkerut, tatapan matanya tajam tanpa ampun.

Selain itu, ia juga dikabarkan lebih memilih mengekspresikan diri dalam dialek lokal daripada menggunakan bahasa Jerman formal.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pandemi Ajarkan Banyak Negara Belajar Reformasi Anggaran

Tulisan-tulisan tangan Hegel juga dianggap sulit dibaca, ini menjadi salah satu alasan mengapa teorinya menghasilkan interpretasi yang sangat berbeda hingga saat ini.

REKOMENDASI

TERKINI