Kematian Hegel, dan Kebangkitannya saat Pandemi Covid-19

Reza Gunadha Suara.Com
Sabtu, 14 November 2020 | 13:19 WIB
Kematian Hegel, dan Kebangkitannya saat Pandemi Covid-19
GWF Hegel. [DW]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Masih mengutip Hegel, Zizek pada halaman 3, juga menjelaskan apa yang sebenarnya dimaksud new normal atau situasi kenormalan 'baru'.

"Tak ada jalan kembali ke keadaan normal. 'Normal' dalam bentuk baru harus dibangun di atas reruntuhan kehidupan lama kita, atau kita akan mendapati diri kita dalam barbarisme baru yang tanda-tandanya sudah jelas kelihatan."

Yang muda yang berbahaya

Saat muda, Hegel sendiri dianggap terlalu banyak berpikir dan tatapannya terlalu tajam. Pencetus ide zeitgeist ini jadi inspirasi bagi pemikir besar seperti Karl Marx, filsuf yang dianggap pencetus komunisme modern.

Georg Wilhelm Friedrich Hegel, adalah salah satu pemikir paling terkenal dari Jerman Ia percaya bahwa hidup adalah proses perubahan yang terjadi secara terus-menerus.

Sebelum tutup usia pada 14 November 1831, Hegel tidak berhenti berkarya dan menyentil pemikiran kritis kaum cendekiawan.

Dialektika hegelianisme menjadi sumber karya yang tidak habis dibahas oleh pemikir yang lahir setelahnya, utamanya Karl Marx dan Friedrich Engels.

Hegel lahir 27 Agustus 1770 di kota Stuttgart, di barat daya Jerman. Orang tuanya mempraktikkan ajaran Pietisme, gerakan reformasi Lutheran yang menekankan pengalaman religius sebagai hal yang bersifat pribadi.

Di sekolah, Hegel menunjukkan ketertarikan terhadap mata pelajaran matematika dan bahasa Latin. Dia langganan menjadi bintang kelas.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pandemi Ajarkan Banyak Negara Belajar Reformasi Anggaran

Orang tuanya yang berharap dia akan menjadi pendeta, lantas mengirimnya ke universitas di dekat Tübingen, sebuah kota di wilayah selatan Jerman.  Di sana, dia belajar filsafat dan teologi Protestan.

REKOMENDASI

TERKINI