Survei The Economist: LGBT di Indonesia Masih Sulit Akses Dunia Kerja

Kamis, 07 Januari 2021 | 17:18 WIB
Survei The Economist: LGBT di Indonesia Masih Sulit Akses Dunia Kerja
Ilustrasi LGBT. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketika perusahaan di negara-negara Barat sudah lebih dulu mementingkan hak-hak karyawan LGBT, perusahaan Asia sepertinya belum bisa menentukan sikap dan masih berdiri di persimpangan jalan.

Terbukti, dalam survei yang dilakukan The Economist Intelligence Unit, 4 dari 10 pekerja jajaran eksekutif di Asia mengalami hambatan karier ketika terbuka dengan identitas seksualnya.

"Keterbukaan sebagai LGBT akan menghalangi karier seseorang," tulis EIU dalam rilisnya kepada Suara.com, Kamis (7/1/2021).

Dalam studi terbarunya, Pride and Prejudice: The next chapter of progress, EIU menampung pendapat 359 karyawan dari tujuh negara di Asia.

Hasilnya, pemikiran konservatif masih berpengaruh secara luas dalam komunitas bisnis Asia, meskipun beberapa menunjukkan kemajuan untuk inklusi LGBT.

LGBT. (EIU)
Hasil survei karyawan yang terbuka tentang identitas LGBT. (EIU)

Sebanyak 3 dari 5 responden mengatakan dunia bisnis harus lebih memperhatikan orientasi seksual karyawan dan mendorong perubahan seputar keragaman dan inklusi LGBT.

Hampir setengah dari responden mengatakan tempat kerja yang ramah LGBT bisa menghadirkan peluang bisnis baru yang menjanjikan.

60 persen responden India percaya ada kemajuan yang sangat besar dalam hal keberagaman dan inklusi bagi kaum LGBT di perusahaan mereka.

Sementara setengah dari responden Indonesia, Hong Kong, dan Jepang mengatakn tidak ada atau hanya sedikit kemajuan yang telah dicapai dalam bidang ini.

Baca Juga: Ramah LGBT, Sekolah di Jepang Kenalkan Seragam Tanpa Gender

"Kontradiksi ini membutuhkan sorotan yang lebih terang tentang bagaimana perusahaan Asia menerima kaum LGBT, mengingat adanya kekhawatiran seputar pengungkapan orientasi seksual / identitas gender seseorang di tempat kerja," tulis EIU dalam rilis tersebut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI