Suara.com - Anak-anak berusia 11 tahun dipenggal di Mozambik oleh kelompok pemberontak yang telah menewaskan ribuan orang dan memaksa lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka, kata kelompok bantuan Save the Children yang berbasis di Inggris.
Save the Children mengatakan telah berbicara dengan keluarga pengungsi yang menggambarkan "adegan mengerikan" dari pembunuhan, termasuk ibu yang putranya terbunuh. Dalam satu kasus, wanita itu bersembunyi, tidak berdaya, dengan tiga anaknya yang lain ketika dia yang berusia 12 tahun dibunuh di dekatnya.
"Kami mencoba melarikan diri ke hutan, tetapi mereka mengambil putra sulung saya dan memenggalnya," kata Elsa, perempuan 28 tahun yang keterangannya dikutip Save the Children, Selasa (16/3/2021).
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena kami akan dibunuh juga," ujar Elsa, menambahkan.
Seorang ibu lainnya, Amelia (29), mengatakan bahwa putranya baru berusia 11 tahun ketika dia dibunuh oleh orang-orang bersenjata.
Direktur Save the Children di Mozambik Chance Briggs mengatakan laporan serangan terhadap anak-anak "membuat kami sakit hati".
"Kekerasan harus dihentikan dan keluarga yang mengungsi perlu didukung saat mereka menemukan hubungan mereka dan pulih dari trauma," lanjut Briggs.
Reuters tidak dapat segera menghubungi polisi Mozambik atau juru bicara pemerintah untuk dimintai komentar.
Provinsi paling utara Mozambik, Cabo Delgado, sejak 2017 menjadi rumah bagi pemberontakan yang terkait dengan ISIS, yang telah meningkat secara dramatis dalam setahun terakhir.
Baca Juga: Miris, Anak-anak Korban Perang Mozambik Berisiko Kena Penyakit Mematikan
Meskipun pemenggalan kepala selalu menjadi ciri khas serangan tersebut, sepanjang tahun 2020 para pemberontak mulai secara teratur melibatkan militer untuk merebut dan mempertahankan kota-kota utama. Kebrutalan juga berlanjut, dengan pembunuhan massal termasuk pembunuhan sekitar 52 orang sekaligus di desa Xitaxi pada April tahun lalu.