Suara.com - Seorang sopir taksi bernama Sudarto (57) menilai sistem tilang berbasis Electronic Traffic Law Enforcement (e-TLE) atau tilang elektronik lebih baik daripada tilang jalanan atau konvensional.
Salah satu kelebihan sistem tilang elektronik menurutnya dapat meminimalisir praktik korupsi para oknum anggota polisi lalu lintas nakal.
"Kalau dibandingkan sih memang lebih baik dengan sistem e-Tilang. Jadi nggak bisa korupsi," kata Sudarto saat ditemui di sekitar Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat, Rabu (24/3/2021).
Sudarto yang sehari-hari mencari penumpang di sekitar Jakarta tak memungkiri pernah 'berdamai' dengan oknum anggota polisi lalu lintas saat terpergok melanggar aturan.
Alasannya, dia enggan repot mengurus denda tilang konvensional yang menurutnya menyita waktu.
"Pernah ngasih gocap. Kalau enggak mau gocap ya ngasih cepe. Ya lebih baik e-Tilang sih," katanya.
Tilang Elektronik
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo sebelumnya telah meluncurkan sistem tilang elektronik e-TLE nasional Tahap I. Ada 12 Kepolisian Daerah atau Polda yang kekinian menggunakan sistem tilang berbasis elektronik.
Keduabelas Polda tersebut meliputi; Polda Metro Jaya, Polda Jawa Barat, Polda Jawa Tengah, Polda Jawa Timur, Polda DIY, Polda Riau, Polda Jambi. Selanjutnya, Polda Sumatra Barat, Polda Lampung, Polda Sulawesi Selatan, Polda Banten dan Polda Sulawesi Utara.
Baca Juga: Soal Tilang Elektronik, Pengguna Jalan Raya: Menimbulkan Kedisiplinan
"Ada 244 titik yang kita persiapkan di tahap pertama, dan ke depan tentunya akan terus kita kembangkan. Sehingga, bisa mencapai di seluruh wilayah provinsi, termasuk juga nanti akan kita kembangkan ke seluruh wilayah perkotaan, baik di ibu kota madya ataupun kabupaten," kata Listyo di Gedung Korlantas Polri, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (23/3) kemarin.