“Saya selalu jawab, maaf saya mau sekolah dulu, kalau belum dapat ijazah SD atau SMP saya masih mau sekolah dulu. Saya balas surat braille,” kata Bakat.
Seingat Bakat, Yani merupakan salah satu penghuni asrama putri yang pernah mengirimkan surat kepadanya.
Tapi Yani membantah pernah surat-suratan dengan Bakat.
“Nggak pernah pakai surat untuk nyatakan cinta,” kata Yani.
“Ada ding mas,” kata Bakat.
“Nggak ada. Dia aja yang ini (GR),” ujar Yani. Mereka kemudian tertawa terbahak-bahak.
Yani mengakui memang suatu hari pernah menerima kiriman puisi dari Bakat. Menurut Yani, surat itu bukan surat cinta sebagaimana diceritakan Bakat.
“Tapi nggak pernah saya respons, nggak pernah saya balas. Waktu itu saya belum ada rasa apa-apa, wong tujuan saya waktu itu ke asrama mau sekolah,” kata Yani.
Kesan Yani pada waktu itu, Bakat seorang yang pandai mengarang puisi. Dia mendapat kesan demikian karena Bakat mampu mengungkapkan berbagai hal melalui kata-kata puitis.
Modus masuk asrama putri
Baca Juga: Kisah Tunanetra: Hilang Penglihatan, Putus Asa sampai Temukan Titik Balik
Di pusat pendidikan tersebut, murid-murid ditempa dengan berbagai ilmu pengetahuan.