Pada Januari tahun lalu, letusan Taal sebelumnya, menyemburkan abu setinggi 15 km (sembilan mil) dan memuntahkan lava merah membara.
Kondisi itu menghancurkan sejumlah rumah, membunuh ternak dan mengirim lebih dari 135.000 orang ke tempat penampungan.
Beberapa keluarga kini enggan keluar rumah, khawatir dengan kemungkinan merebaknya Covid-19 di tempat ramai.
“Kami juga tidak merasa terlalu aman di pusat-pusat evakuasi, jadi kami akan tinggal bersama kerabat kami,” kata penduduk Agoncillo Ramon Anete kepada Al Jazeera.
Di sebuah pusat di kota Laurel, pengungsi Imelda Reyes mengatakan itu terlalu menyakitkan untuk melihat anak-anaknya menderita.
“Saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi,” katanya kepada Al Jazeera, berusaha menahan air mata.
“Saya hanya berdoa. Ini adalah situasi yang sangat sulit,” ungkap Imelda.