Mereka berkata ingin sekali bisa seperti Sukma, berani mengemudikan bajaj untuk menyokong keuangan keluarga. Tetapi mereka tidak tahu bagaimana cara berlatih dan bagaimana memulainya.
Dari cerita penumpang yang disampaikan kepada Sukma, terungkap banyak dari mereka yang sesungguhnya mendambakan adanya pengemudi bajaj di Jakarta berkelakuan seperti Sukma.
Mereka membanding-bandingkan perilaku Sukma ketika mengemudi dengan perilaku tukang bajaj lelaki. Cara Sukma membawa bajaj mereka bilang “lembut dan pintar,” sementara (sebagian) pengemudi lelaki cenderung suka-suka mereka, misalnya mengerem dengan cara yang kasar sampai ada kepala penumpang membentur besi.
Kepada penumpang yang memujinya, Sukma hanya berkata, “Yang penting mah waktunya ngerem ya ngerem, waktunya kenceng ya kenceng.”
Cerita-cerita positif yang disampaikan penumpang tentu saja memberikan semangat kepada Sukma.
Menciptakan dan menjaga ketertiban lalu lintas di Jakarta bukanlah perkara mudah. Sampai di zaman modern seperti sekarang, masih banyak pengendara, baik roda dua, roda tiga, dan roda empat, berperilaku seenaknya atau melanggar aturan.
Keadaan tersebut tentu saja sangat membahayakan keselamatan pengendara lain yang mencoba untuk tertib di jalan, seperti Sukma.
Suatu hari pernah kejadian di Jalan Pramuka, seorang lelaki pengendara sepeda motor melaju di jalur sepeda dan rodanya menabrak batu. Sepeda motor oleng, lantas menghajar bajaj yang sedang dikemudikan Sukma.
Karena kasihan melihat pengendara motor tersungkur dan berdarah-darah karena kukunya copot, Sukma pun menghentikan bajaj dan turun untuk untuk menolongnya.
Baca Juga: Kisah Penjaga Makam: Menjawab Apa Saja yang Terjadi di Kuburan
“Saya waktu itu sampai buka baju buat nutupin lukanya. Tinggal BH aja di badan,” kata Sukma.
Dengan niat tulus menolong, Sukma mengantarkan pengendara motor tadi ke rumah sakit terdekat agar luka-luka yang dialami segera mendapatkan penanganan dokter.
![Suasana pangkalan bajaj di kawasan Stasiun Cikini, Jakarta, Sabtu (8/7/2017). [Suara.com/Oke Atmaja]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/07/08/90846-armada-bajaj-biru.jpg)
“Tapi saya kemudian disalahin, disangkanya saya yang nabrak. Saya diem aja. Dia nuntut saya ganti rugi Rp600 ribu, ya saya bayarin, uangnya pinjem dari bos bajaj yang kemudian saya kembalikan dengan menyicil cepek-cepek,” kata Sukma.
Anggota polisi yang merupakan kerabat lelaki pengendara sepeda motor ketika bertemu dengan Sukma, juga mengatakan sebenarnya yang salah adalah pengendara motor karena melewati jalur sepeda. Tapi, si pengendara motor tetap ngotot bahwa Sukma yang salah.
“Kenapa dia minta dibayarin saya, padahal bukan kesalahan saya. Tapi nggak apa-apalah, saya ikhlasin nggak apa-apa. Allah kan nggak tidur,” kata Sukma.
Menolong orang