'Kalian Punya Arloji, Kami Punya Waktu', Taliban yang Baik dan yang Buruk

Reza GunadhaABC Suara.Com
Rabu, 18 Agustus 2021 | 14:26 WIB
'Kalian Punya Arloji, Kami Punya Waktu', Taliban yang Baik dan yang Buruk
Salah satu militan Taliban di Afghanistan [foto: Antara]

"Kami tidak ingin pasukan asing akan mengulangi kembali kegagalan mereka di Afghanistan," ujar Naeem.

Lebih dari 60 negara telah mengeluarkan pernyataan bersama, mendesak semua pihak di Afghanistan untuk menghormati dan memfasilitasi kepergian warga asing dan warga setempat yang ingin ke negara lain.

Pernyataan bersama ini meminta jalan raya, bandara dan perbatasan negara harus tetap dibuka dan ketenangan tetap dijaga.

'Taliban Baik' dan 'Taliban Jahat'

Bagi Presiden AS Joe Biden, permasalahan Afghanistan sekarang harus diselesaikan oleh orang Afghanistan sendiri.

Menurut analisis Stan Grant, ini merupakan strategi keluar yang didasarkan atas tujuan untuk memisahkan "Taliban yang baik" dari "Taliban yang buruk".

"Saya pertama kali mendengar ungkapan ini beberapa tahun lalu ketika mewawancarai Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mahmood Qureshi, di Islamabad," jelas Stan.

Menlu Pakistan menyebut "Taliban yang baik" berada di Afghanistan dan berkomitmen untuk berbagi kekuasaan

Sedangkan "Taliban jahat" adalah para preman pembunuh yang kemudian mengamuk di seluruh Pakistan, membunuh warga sipil dan mengancam akan menggulingkan pemerintah Pakistan.

Amerika Serikat sendiri percaya "Taliban yang baik" dapat diyakinkan untuk melakukan perjanjian pembagian kekuasaan dengan Pemerintah Afghanistan.

Baca Juga: Penemuan Beberapa Mayat Dalam Ruang Roda Pesawat AS yang Terbang dari Kabul

Namun, pembicaraan tersebut terhenti. Taliban tidak menerima legitimasi Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Politik dengan pertumpahan darah

Petinggi militer Pakistan, Mayjen Ehsan Mahmood Khan beberapa tahun lalu mendefinisikan apa yang disebutnya "perang Taliban". Yaitu, politik dengan pertumpahan darah.

Ia menjelaskan bahwa Taliban mengobarkan perang gagasan, "ideologi versus ideologi - ideologi Islam versus ideologi pemikiran Barat".

Yaitu tentang menjungkirbalikkan konsep "negara bangsa". Ini tidak ada hubungannya dengan demokrasi atau pembagian kekuasaan.

Seperti yang dikatakan Mayjen Ehsan, Taliban memiliki "pandangan strategis besar yang bertujuan merebut legitimasi, kredibilitas, dan kekuasaan politik dan moral, baik dengan cara kekerasan maupun tanpa kekerasan".

Taliban mengeksploitasi pemerintahan sipil yang lemah, korup, tidak kompeten, yang mengecewakan rakyatnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI