Para relawan pun akhirnya pergi tanpa membawa Mbah Maridjan dan para warga itu. Sekitar pukul 18.45 WIB, awan panas dari Merapu menyapu bersih kawasan tersebut.
"18.45 WIB. Kinahrejo tersapu awan panas."
Keesokan harinya, keenam warga yang memilih bertahan itu ditemukan meninggal karena awan panas. Mereka meninggal bersama dengan Mbah Maridjan sampai seorang relawan dan jurnalis lainnya.
"Paginya, keenam warga Kinahrejo tersebut ditemukan tewas tersapu awan panas erupsi Merapi, 26 Oktober 2010 bersama sang juru kunci Merapi, Mbah Maridjan, relawan PMI Tutur Prijono, dan seorang jurnalis online Yuniawan Wahyu Nugroho."

Akun ini juga menjelaskan kematian Mbah Maridjan karena menanggung sumpah suci untuk menjaga Gunung Merapi. Sumpah itu sudah diucapkannya di bawah sang pemberi tugas, Sultan Hamengkubuwono IX.
"Juru kunci Merapi, Mas Penemu Surakso Margo atau Mbah Maridjan tewas karena menanggung sumpah suci yang diucapkannya di hadapan pemberi tugas Sri Sultan Hamengkubuwono IX."
"Sumpah sebagai penjaga keselarasan antara alam (Merapi) dan manusia yang hidup di lerengnya. Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai pemberi sumpah wafat pada tanggal 2 Oktober 1988."
Lebih lanjut, akun ini juga menjelaskan mengenai sumpah yang dijalankan Mbah Maridjan hingga akhir hayatnya. Namun, tindakan Mbah Maridjan yang tetap memegang sumpah itu dinilai sebagai bentuk tanggung jawab besar.
"Beberapa orang awam yang tidak paham menganggap Mbah Maridjan bodoh karena melawan alam. Namun, bagi orang-orang yang sudah pernah dekat, Mbah Maridjan adalah contoh seorang manusia yang setia memegang tanggung jawab sumpah tugas, walau ajal harus merenggutnya."
Baca Juga: Ditangkap Polisi, Ini Motif Penghina Brimob Gugur di Papua
Detik-detik gagalnya evakuasi Mbah Maridjan itu langsung membuat warganet merinding. Mereka menuliskan beragam komentar kagum dan pujian kepada Mbah Maridjan karena selalu menjaga amanat hingga meninggal.