10 Tahun Setelah Kematian Gaddafi, Libya Masih Jauh dari Stabilitas

Rabu, 20 Oktober 2021 | 18:37 WIB
10 Tahun Setelah Kematian Gaddafi, Libya Masih Jauh dari Stabilitas
DW

"Enam bulan ke depan akan kita lihat, apakah masa tenang setelah gencatan senjata Oktober 2020 hanyalah kesempatan bagi faksi-faksi bersenjata untuk menjilat luka saja, atau ada kemajuan menuju solusi politik."

Nostalgia stabilitas di bawah Gaddafi

Akademisi Libya Mahoud Khalfallah juga menyuarakan keraguan bahwa pemilu yang direncanakan akhir Desember tahun ini akan mengarah pada "solusi definitif" bagi Libya.

Untuk itu diperlukan "berakhirnya keterlibatan asing yang negatif dalam urusan internal Libya, kedewasaan pemilih Libya dalam memilih siapa yang mewakili mereka, mengabaikan kesukuan dan regionalisme dan semua pihak harus menerima hasil pemilihan," katanya.

Memang ada perdebatan sengit soal undang-undang pemilihan, terutama karena RUU pemilihan presiden tampaknya menguntungkan pihak milisi pimpinan bekas jenderal Khalifa Haftar.

Psalnya Haftar dibenci banyak orang di Libya barat, terutama setelah serangan selama setahun oleh milinya untuk merebut ibukota Tripolis, yang menewaskan ribuan orang sebelum dia dipukul mundur oleh kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Turki pada Juni 2020.

Hamish Kinnear memperingatkan, undang-undang yang kontroversial hanya akan memecah Libya menjadi Libya barat dan timur, yang saling bersaing.

"Risiko ini akan meningkat jika Khalifa Haftar memenangkan kursi kepresidenan, karena dia adalah sosok beracun bagi faksi-faksi bersenjata yang membela Tripolis selama serangan yang gagal," katanya.

Bagaimapun jejak kekejamaan bekas diktator Muammar Gaddafi, faktanya dia berhasil meningkatkan standar hidup dan membawa stabilitas politik untuk waktu lama, yang dinikmati sebagian besar warga Libya, situasi yang sangat kontras dengan hari ini. hp/as (afp)

Baca Juga: Selesai Kumandangkan Azan Ashar, Seorang Muazin di Libya Meninggal Dunia

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI