Suara.com - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo terkesan dengan inovasi drone dari dua anak muda asal Solo dan Yogyakarta. Mereka adalah Anindita Pradana Suteja dan Albertus Gian, yang merupakan lulusan University of Manchester, Inggris.
Mereka yang sukses mengenyam pendidikan di luar negeri, menyatakan sikap kembali ke Indonesia untuk mengaplikasikan ilmunya pada masyarakat.
Membentuk sebuah perusahaan bernama PT Beehive Drones, Anindita, Gian dan salah satu rekannya, Ishak Hilton, membuat drone yang bisa membantu dalam berbagai kehidupan. Drone yang diciptakan bisa digunakan untuk membantu petani melakukan pemupukan atau penyemprotan.
Tak hanya itu, mereka juga mengembangkan drone untuk pengangkutan logistik yang telah diujicoba untuk mengantar vaksin di Sumenep, Jawa Timur. Mereka juga telah membuat drone untuk pemantauan wilayah, pemantauan daerah perbatasan, serta sebagai sumber pendataan.
Ganjar yang tertarik dengan kisah Anindita dan Gian, langsung semangat. Awalnya hanya ngobrol biasa, Ganjar kemudian mengajak keduanya untuk podcast. Hampir satu jam, Ganjar ngobrol dengan Anindita dan Gian terkait perkembangan teknologi itu.
"Ini janji kami pak, kita ini kan sekolah dibiayai negara. Kami penerima beasiswa LPDP. Kami sudah janji, selesai kuliah kami akan kembali ke Indonesia untuk mengamalkan ilmu di sini," kata Anindita.
Gian menambahkan, awalnya mereka bertemu saat sedang belajar di Manchester. Mereka bertiga sudah bersama sejak lama dalam menekuni teknologi drone ini. Bahkan, mereka telah menjuarai berbagai perlombaan teknologi tingkat internasional.
"Lalu setelah pulang ke Indonesia, kami berpikir bagaimana mengembangkan teknologi ini. Kami kemudian menetapkan pilihan membuat drone untuk suport bidang pertanian dan kehutanan. Tahun 2018, kami kemudian membuat perusahaan Beehive Drones ini," ucap Gian.
Beehive Drones kemudian menciptakan drone yang membantu sektor pertanian. Drone pertama digunakan untuk project pemupukan dan penyemprotan. Mereka menyewakan drone untuk penyemprotan dan pemupukan petani dengan tarif yang sangat murah, yakni Rp40 ribu untuk satu petak sawah.
Baca Juga: Butuh Gotong Royong Untuk Tingkatkan Ekspor UKM Jawa Tengah
"Ini sangat efisien, karena dalam sehari drone kami bisa menyemprot atau memupuk 100 hektare lahan. Selain lebih cepat, ini juga aman karena petani tidak langsung bersentuhan dengan pestisida yang tentunya bisa membahayakan mereka," jelas Anindita.