Perusahaan itu juga mengklaim belum "menandatangani kontrak apa pun dengan Kementerian Pertahanan Cina atau angkatan bersenjata."
Namun, dengan pendirian usaha patungan di Cina pada 2010, perusahaan induk yang dikenal dengan nama Tognum pada saat itu mencatatkan adanya pengiriman "mesin untuk angkatan laut dan pasukan penjaga pantai Cina."
Sementara itu pada tahun 2002, SEMT Pielstick yang merupakan anak perusahaan MAN Prancis, di situs perusahaan mereka pernah menerbitkan berita tentang pengiriman mesin PA6 yang diproduksi untuk generasi kapal perang baru di bawah lisensi Cina.
Laporan pengiriman item itu masih dapat ditemukan di halaman arsip situs itu.
SIPRI mencatat bahwa mesin MTU yang dipasang di kapal perang milik Cina sebagai teknologi penggunaan ganda yang tidak memerlukan lisensi ekspor.
"Ada area abu-abu di sana," ujar Siemon Wezeman dari SIPRI.
Embargo senjata ibarat macan ompong
Pada tahun ini, Angkatan Laut Cina mengoperasikan lebih banyak kapal perusak jenis Luyang III. Kapal di kelas ini dilengkapi dengan rudal jelajah dan rudal dari permukaan air ke udara.
Sebelumnya, menyusul pembantaian mahasiswa dan demonstran pada protes di Lapangan Tiananmen pada tahun 1989, Uni Eropa (UE) memberlakukan embargo senjata tetapi dengan efek mengikat yang terbatas.
Baca Juga: Pakistan Datangkan Kapal Perang Terbesar Dan Tercanggih Buatan China, Namanya PNS Tughril
Sebastian Rossner, seorang pengacara dan pakar ekspor yang berkantor di kota Köln, Jerman, mengatakan kepada penyiar publik ARD bahwa: "Karena embargo senjata UE terhadap Cina tidak diputuskan secara resmi sesuai perjanjian Eropa, ekspor mesin kapal jenis tertentu masih diizinkan untuk angkatan laut Cina."