Hadapi La Nina, Stok Pangan Aman, Tapi Akses Distribusi Rawan Bermasalah

Sabtu, 13 November 2021 | 05:14 WIB
Hadapi La Nina, Stok Pangan Aman, Tapi Akses Distribusi Rawan Bermasalah
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sampai saat ini stok pangan masih aman, tapi yang jadi kekhawatiran adalah prediksi curah hujan awal tahun 2022 dan kelancaran distribusi bahan pangan, ujar perwakilan serikat petani.

Menghadapi ancaman fenomena La Nina dan berbagai bencana seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, stok pangan yang ada saat ini masih dianggap ada di level aman, tapi masih ada yang perlu diwaspadai.

La Nina adalah fenomena pendinginan suhu muka laut di bawah kondisi normal di Samudera Pasifik.

Menurut BMKG, pendinginan ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

Fenomena ini dapat memengaruhi produksi pangan nasional baik langsung maupun tidak langsung. Namun menurut Suwandi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, stok pangan nasional saat ini masih cukup.

Berdasarkan data Pusat Distribusi dan Akses Pangan Kementerian Pertanian, pada minggu ke-1 November 2021, ketersediaan beras nasional mencapai 8 juta ton, termasuk 1,2 juta ton di Perum Bulog.

Sedangkan kebutuhan beras nasional ialah 566.488 ton per minggu. Di provinsi yang saat ini ditimpa bencana seperti Kalimantan Barat, masih tersedia 165.441 ton beras pada minggu pertama November, sedangkan kebutuhan untuk satu minggu ialah 10.726.

Jadi masih surplus. Surplus juga terjadi di Jawa Barat karena kebutuhan beras untuk satu minggu ialah 104.145,88 ton sedangkan stok yang tersedia saat ini ialah 1,5 juta ton. Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksikan total produksi padi nasional sepanjang 2021 akan mencapai 55,27 juta ton, naik dari 54,6 juta ton di tahun sebelumnya.

"(Peningkatan stok pangan) karena program perluasan tanam, peningkatan produktivitas, dan penggunaan varietas benih unggul," ujar Suwandi kepada DW Indonesia.

Baca Juga: Antisipasi Dampak Badai La Nina, TNI AL Siapkan 215 Personel Satgas Siaga Bencana Alam

Sektor pertanian rawan terpengaruh Menurut Suwandi, daerah yang rawan terhadap dampak La Nina ialah Jawa, Bali, dan NTT.

Selain itu, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan juga sama rawannya.

Di daerah-daerah ini, curah hujannya diperkirakan 20-70% di atas normal hingga Desember dan mencapai puncaknya pada Januari dan Februari 2022.

"Sektor pertanian memang paling rawan terkena dampak La Nina," kata Suwandi.

Pemerintah, kata Suwandi, akan mengambil langkah-langkah mitigasi terhadap potensi dampak La Nina di daerah-daerah rawan.

Langkah ini antara lain memperbarui pemetaan wilayah rawan banjir dan serangan organisme pengganggu tumbuhan, meningkatkan sistem peringatan dini, dan mendistribusikan benih tahan banjir seperti Inpari 29, Ciherang Sub 1, dan Inpara 1 sampai Inpara 10. Ciherang Sub 1 dan Inpari 29 cocok untuk inbrida padi sawah irigasi sedangkan Inpara 1 sampai Inpara 10 cocok untuk inbrida padi rawa ujar Suwandi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI