Merasa senang bekerja di Australia
Membandingkan pengalamannya saat bekerja di kapal Taiwan, Aslam menyebut, pekerjaan mereka saat ini jauh lebih menyenangkan.
"Setelah tamat sekolah perikanan di Kabupaten Bone, saat pembagian ijazah, guru kami memperkenalkan salah satu perusahaan yang menyalurkan pekerja ke kapal Taiwan," katanya.
Ada 12 pelaut yang mendapatkan kontrak kerja di kapal Taiwan selama dua tahun.
"Kami bekerja di kapal ikan dan cumi selama 6 hingga 7 bulan per trip. Tapi setelah satu trip ternyata banyak teman kami yang pulang karena tidak tahan," ucap Aslam.
Ia menyebut seringkali terjadi kekerasan di atas kapal serta gaji yang diterimanya terbilang minim. Mereka bekerja bersama pelaut dari Filipina, China, Vietnam, dan Taiwan.
Dari 12 rekannya, tinggal lima orang yang bertahan di kapal Taiwan tersebut termasuk Aslam sendiri.
Ia menyebutkan kelima orang ini kemudian disalurkan ke kapal ikan di Australia pada tahun 2016 hingga 2019.
"Kami bertahan di kapal Taiwan karena ingin menginjakkan kaki di benua kanguru," ujar Aslam.
"Akhirnya kami berlima berada di Australia bekerja di kapal perikanan," katanya.
Baca Juga: Australia Umumkan The Base dan Hizbullah Sebagai Organisasi Teroris dan Terlarang
Di kapal tempatnya bekerja sekarang, ada tujuh orang yang terdiri atas kapten, mekanik, dan kru.