Kesepakatan itu membatasi kemampuan Iran untuk mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.
Selama masa kepresidenan Donald Trump, AS menarik diri dari perjanjian pada tahun 2018.
Setelah serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan Qasem Soleimani, komandan Pasukan Quds elit Iran pada tahun 2020, Iran mengumumkan bahwa mereka juga akan mundur dari kesepakatan itu.
Sejak itu, Iran telah menggenjot produksi uraniumnya. Namun, negara itu bersikeras bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai.