Perkembangan terakhir ini mengingatkan pada peristiwa tahun 2014 ketika Rusia mencaplok semenanjung Krimea dan mulai mendukung separatis di Ukraina timur.
Dukungan ini masih berlangsung hingga kini. Konflik tersebut belum terselesaikan hingga hari ini, dan pertempuran berulang kali kembali pecah di Ukraina timur.
Rusia mendukung pemberontak yang telah memproklamasikan apa yang mereka sebut Republik Rakyat di wilayah Luhansk dan Donetsk.
Pemerintah Moskow menegaskan bahwa mereka tidak punya niat untuk berperang.
Menurutnya, pemerintah Rusia bisa memindahkan pasukan mereka ke mana pun di wilayah Rusia.
Selain itu, Kremlin mengkritik kehadiran militer negara-negara Barat di dekat perbatasan Rusia dan menganggapnya sebagai "provokasi".
Putin juga menginginkan jaminan bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota NATO.
AS mengancam Rusia dengan konsekuensi serius jika terjadi eskalasi militer. Pada konferensi video pada hari Selasa (07/12), Biden akan menjelaskan kepada Putin bahwa biayanya akan sangat tinggi, "jika Rusia memutuskan mendukung pendekatan semacam itu," kata seorang pejabat pemerintah di Washington.
"Sanksi ekonomi yang keras" dan penempatan lebih banyak pasukan di Eropa Timur juga tengah dipertimbangkan. Namun belum ada pertimbangan untuk mengerkahkan kekuatan militer. ae/vlz (afp, dpa, rtr)
Baca Juga: Ukraina Gelar Latihan Militer di Tengah Ketegangan dengan Rusia
