Misionaris Keliling Dunia Menyebarkan Agamanya, Apa Saja Risikonya?

SiswantoABC Suara.Com
Jum'at, 17 Desember 2021 | 15:45 WIB
Misionaris Keliling Dunia Menyebarkan Agamanya, Apa Saja Risikonya?
Ilustrasi berdoa [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sarah bekerja di Australia Missions Interlink untuk mendukung misionaris di lapangan dan mereka yang kembali dari tugasnya.

Dia menjelaskan di mana pun orang bepergian selalu ada risiko trauma.

Pekerjaan misionaris dapat memicu isolasi dan pada dasarnya membuat orang terkejut dengan budaya baru.

Sarah mengatakan sebagian besar kliennya mengalami depresi dan kecemasan akibat peristiwa traumatis.

Menurutnya, sebagian besar organisasi misionaris sebenarnya telah menyediakan "pelatihan semaksimal mungkin, namun hal itu tak selalu mempersiapkan seseorang untuk menghadapi segala risiko".

Bagaimana misionaris menghitung persamaan risiko versus imbalan?

Direktur Pusat Kekristenan Publik Simon Smart setuju persiapan dan dukungan untuk misionaris sangat bervariasi.

"Organisasi misionaris yang sangat serius biasanya melatih seseorang selama bertahun-tahun dalam studi bahasa dan budaya. Tapi ada juga yang tidak melakukannya sama sekali,” katanya.

Dia mengatakan faktor keselamatan sangat diutamakan oleh sebagian besar organisasi misionaris. Tapi ada juga yang tidak.

"Ada perasaan apa yang mereka lakukan memiliki makna yang abadi. Jadi risiko itu dianggap wajar saja dalam melayani Tuhan dan orang lain," ujar Simon.

Baca Juga: Jumlah Korban Akibat Ledakan Truk Bahan Bakar di Haiti Bertambah, Jadi 75 Orang

Mantan misionaris muda Australia lainnya yang tak bersedia disebutkan namanya mengatakan konsep ini mungkin yang paling sulit dipahami oleh dunia sekuler. 

"Jika tidak begitu percaya pada visi itu, maka mungkin terlihat seperti hal yang sangat aneh," katanya.

Sementara Crissy, menyebut dari pengalamannya, mengatakan banyak generasi muda Kristen evangelis tertarik pada pekerjaan misionaris karena cara keyakinan mereka memandang pengorbanan.

"Bagi mereka yang tumbuh dalam subkultur evangelis, saya kira ada romantisisasi dari kegiatan misionaris sampai-sampai mereka bersedia menjadi martir," katanya.

Dikatakannya, mereka diajari tentang misionaris tertentu yang menyebarkan firman Tuhan ke balik negara Tirai Besi atau terbunuh dalam misinya.

"Berusaha membuat mereka bertobat itu dipandang sebagai puncak kekristenan," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI