"Kasus yang paling sering terjadi adalah saat seseorang datang ke Australia, untuk sekolah, liburan, bekerja dan saat mereka tiba, mereka biasanya dieksploitasi oleh majikan yang sangat tidak bermoral."
"Kita menemukan banyak kasus di mana mereka diperlakukan sebagai pendatang ilegal oleh polisi atau dianggap melanggar syarat visa mereka, padahal yang sebenarnya adalah mereka korban dari penyelundupan manusia."
Kondisi kerja di bawah standar dan upah pekerja yang rendah berbeda dari pengertian istilah "perbudakan modern", karena perbudakan modern menggambarkan skenario yang lebih ekstrem, ada unsur paksaan, ancaman, atau penipuan yang digunakan untuk mengeksploitasi korban dan mengambil kebebasan mereka.
Namun, para peneliti mengatakan kejahatan seperti pencurian upah dan kondisi kerja di bawah standar semestinya sering kali merupakan pertanda jika seseorang mungkin berada dalam kondisi perbudakan modern.
Sebuah survei di tahun 2017 menunjukkan lebih dari 4.300 pemegang visa sementara di Australia dari 107 kewarganegaraan merasa: "Australia memiliki pekerja migran yang tak terdengar, mereka digaji dibawah upah minimum di setidaknya 12 industri."
Semuanya bekerja di sekeliling kita, di restoran, hotel, perawatan kecantikan, toko buah, toko roti, taksi, supermarket dan toko-toko lainnya. Mereka bekerja dalam kondisi dieksploitasi.
"Menurut Anda, kenapa harga dumpling di kawasan Pecinan bisa murah?" kata seseorang kepada ABC.
Dr O'Brien mengatakan di saat warga Australia menikmati makanan dan barang yang murah, perlu disadari kemungkinan adanya eksploitasi yang tak terlihat.
“Kebanyakan konsumen tak sadar soal eksploitasi yang ada di balik barang dan layanan yang kita dapatkan," ujarnya.
Baca Juga: Ramai Dukungan untuk Sandiaga, Legislator Gerindra Bicara soal Eksploitasi Identitas Ulama
Diperkirakan ekonomi gelap, seperti praktik 'cash-in-hand' yang memberikan upah secara tunai, bukan ditransfer ke bank, berkontribusi antara 3 hingga 15 persen pada pendapatan domestik Australia, artinya ada puluhan miliar dolar yang tidak terkena pajak dari sektor pekerjaan informal setiap tahunnya.
Mantan pejabat di Departemen Imigrasi Australia, Abul Rizvi, yang sekarang menjadi penasihat khusus untuk urusan imigrasi dan visa sementara di sebuah perusahaan komunikasi bernama Michelson Alexander, mengatakan seharusnya pendatang yang mendapat sponsor kerja setidaknya memiliki hak untuk bekerja penuh atau 'full time'.
"Visa kerja yang disponsori, dibanding visa sementara, memiliki perlindungan hukum lebih dibandingkan yang lainnya," ujarnya.
Istilah "yang lainnya" yang disebutkan Abul adalah mereka yang memiliki visa pelajar, peserta 'working holiday' (WHV), dan pekerja musiman seperti warga dari Pasifik yang bekerja dengan visa pertanian.
"Di bawahnya adalah mereka yang mencari suaka," ujarnya.
"Mereka-lah yang paling rentan, mereka tidak akan melapor atau mengadu pada siapa pun, karena mereka tidak bisa melakukannya."