Para ahli memperkirakan antibodi berkembang sekitar dua minggu setelah infeksi dan harus bertahan setidaknya selama enam bulan, tetapi kondisi ini bisa berbeda pada setiap orang.
"Ini berarti bahwa tes antibodi yang dilakukan di luar kerangka ini mungkin kehilangan bukti infeksi masa lalu," kata Dr Bott.
"Demikian pula, orang lanjut usia atau orang dengan gangguan kekebalan tubuh mungkin tidak pernah mengembangkan respons antibodi yang dapat dideteksi terhadap infeksi COVID-19," jelasnya.
Profesor Blakely juga memperingatkan agar kita tidak terlalu bergantung pada tes ini untuk kepentingan individu, namun lebih pada tingkat populasi untuk tujuan perencanaan penangangan pandemi.
"Apakah orang perlu tahu mereka pernah terinfeksi atau tidak? Mungkin tak perlu," ujarnya.
"Tes antigen saya negatif. Namun 95 persen saya yakin menderita COVID. Saya sudah diimunisasi. Apakah saya perlu tahu pernah terjangkit Omicron dengan akurasi lebih dari itu?" paparnya.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.