Kampanye politik militer Rusia ini juga didasarkan pada kepentingan pertahanan serta keamanan strategis Rusia dari ancaman AS - NATO.
"AS dan NATO secara berkelanjutan terus memperluas dominasi dan hegemoninya terhadap negara-negara Eropa tengah dan Eropa timur, tak terkecuali terhadap negara-negara bekas Uni Soviet yang kecil dan lemah, termasuk Ukraina," kata Rudi.
Ukraina, kata dia, sebelum pecahnya Uni Soviet Tahun 1991, merupakan bagian dari Union of Soviet Sosialist Republics atau USSR.
Ukraina dan Rusia, bahkan sudah memiliki hubungan historis yang kuat selama hampir 200 tahun, sejak sama-sama di bawah kekuasaan Tsar Rusia.
"Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, Ukraina maupun Rusia secara patriotis serta herois bersama-sama membangun masyarakat sosialis setelah secara gemilang memenangkan Revolusi Besar Sosialis Oktober tahun 1917."
Rudi meneruskan, rakyat Ukraina dan Rusia juga membuktikan dirinya sebagai patriot dan pahlawan besar dalam membela dan mempertahankan Tanah Air Soviet dari invasi brutal rezim Nazi Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler.
Keduanya, juga memberikan sumbangan besar pada Front Pertempuran Kedua di Timur dalam Perang Dunia II yang sejatinya merupakan perang negara-negara imperialis II.
"Rakyat Ukraina serta Rusia memiliki jasa tak terlupakan dalam mengalahkan Nazi Jerman, ketika Tentara Merah Uni Soviet menjadi kekuatan yang pertama-tama berhasil menduduki Jerman pada tahun 1945 dan menggulingkan kekuasaan Adolf Hitler Nazi Jerman."
Rudi menjelaskan, Ukraina dan Rusia juga berhasil membangun modernisasi di bawah USSR. Namun, akibat garis keliru di bidang politik dan ekonomi era Uni Soviet pada akhir 1950-an, membuat perpecahan dan kebangkrutan Uni Soviet tidak terhindarkan.
Baca Juga: Sedih! Kisah Bocah di Ukraina Harus Tinggalkan Ayahnya di Kyiv, Demi Mengungsi ke Polandia
Bubarnya Uni Soviet, pada akhirnya juga diiringi hancurnya Pakta Warsawa, yakni aliansi pertahanan politik militer sebagai tandingan terhadap North Atlantic Treaty Organization NATO.