Harga Mi Instan Naik karena Perang di Ukraina, Penggemarnya Kaget

SiswantoABC Suara.Com
Rabu, 23 Maret 2022 | 11:54 WIB
Harga Mi Instan Naik karena Perang di Ukraina, Penggemarnya Kaget
Ilustrasi mi instan rebus (Pexels/Karolina Grabowska)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Kenaikan harga ini akan terjadi di bulan Juni.

Makanan pokok untuk sebagian warga

Sopir ojek online Budi Iswandi di Jakarta Budi Iswandi, yang biasanya membeli mi instan dalam jumlah banyak sekaligus, menyadari kenaikan harga produk tersebut.

Man eating instant noodles looking at camera. Image: Budi yang mengonsumsi mi instan hampir setiap hari sadar harga mi produk tersebut sudah naik. Supplied

Karena tidak suka makan nasi, Budi mengonsumsi mi instan hampir setiap hari.

"Saya terkejut harganya naik. Saya tahu ada perang, tapi tidak mengira itu akan mempengaruhi harga mi instan," katanya.

"Saya tidak tahu apakah karena perang, tapi harga satu bungkus mi instan naik 20 persen terakhir saya beli."

Mi instan dianggap "tak tergantikan" di Indonesia, terutama dalam masa-masa sulit.

Sejak tahun 1970-an, mi instan telah membantu menjadi solusi masalah malnutrisi dan menjadi makanan warga dengan pendapatan menengah ke bawah.

Setidaknya 13 miliar bungkus mi instan terjual di Indonesia setiap tahunnya. Ini adalah 15 persen total konsumsi mi instan di seluruh dunia.

Ekspor gandum Australia ke Indonesia diperkirakan akan naik

Dengan adanya masalah persediaan gandum dari Ukraina, Indonesia mencari alternatif impor gandum dari negara lain dan kemungkinan besar akan mengimpor banyak dari Australia.

Baca Juga: Rusia Blokir Jalur Utama Ekspor Gandum, Pasokan Pangan Dunia Terancam

Indonesia memang sudah menjadi pasar nomor satu gandum Australia, menurut Dave McKeon, kepala organisasi petani gandum Australia GrainGrowers.

Di tahun 2018 dan 2019, Indonesia mengimpor banyak gandum dari wilayah Laut Hitam, termasuk Ukraina karena kekeringan melanda Australia.

Namun tahun lalu, 41 persen impor gandum berasal dari Australia.

"Kami panen gandum dalam jumlah besar pada tahun 2021, tanamannya besar-besar dan jumlahnya berlebih. Jadi ada banyak gandum yang bisa dikirim ke Indonesia," ujarnya.

Indonesia mengimpor lebih dari tiga juta ton gandum untuk diolah menjadi mi instan setiap tahunnya dari Australia, menurut ekonom dan peneliti Pusat Inovasi Ekspor Gandum Australia (AEGIC), Profesor Ross Kingwell.

Profesor Ross memperkirakan bahwa permintaan gandum untuk mi instan akan meningkat hingga 350.000 ton pada tahun 2030.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI