Serba Mahal, Muslim di Afrika dan Timteng Hadapi Ramadhan dengan Berhemat

Kamis, 31 Maret 2022 | 13:53 WIB
Serba Mahal, Muslim di Afrika dan Timteng Hadapi Ramadhan dengan Berhemat
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga kebutuhan hidup menjadi lebih mahal akibat invasi Rusia ke Ukraina, muslim di Afrika dan Timur Tengah harus berhemat menghadapi bulan suci Ramadan.

Dari Lebanon hingga Tunisia dan Somalia, umat Islam yang biasanya berbuka puasa dengan sajian makanan yang bervariasi, kini harus berjuang untuk mendapatkan kebutuhan pokok yang paling mendasar lantaran melonjaknya harga pangan dan bahan bakar.

"Lonjakan harga mempengaruhi dan merusak semangat Ramadan," kata Sabah Fatoum, seorang penduduk Jalur Gaza yang diblokade Israel, di mana harga kebutuhan pokok telah naik hingga 11 persen, menurut pihak berwenang Palestina.

"Kami mendengar bahwa harga akan naik lebih tinggi lagi ... menjadi beban bagi orang-orang," kata pria berusia 45 tahun itu kepada AFP, menjelang bulan suci yang akan dimulai pada akhir pekan ini.

Rusia dan Ukraina yang memiliki daerah penghasil biji-bijian merupakan salah satu lumbung pangan utama dunia, menyumbang sebagian besar kebutuhan dunia dalam beberapa komoditas seperti gandum, minyak sayur, dan jagung.

Gangguan arus ekspor akibat invasi Rusia dan sanksi internasional telah memicu kekhawatiran akan krisis kelaparan global, terutama di Timur Tengah dan Afrika, di mana efek sampingnya sudah mulai terasa.

Seperti di Yaman, negara termiskin di wilayah Arab, di mana perang berkepanjangan sejak 2014 telah memicu salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Harga pangan melonjak sejak tahun lalu dan fakta bahwa Ukraina memasok hampir sepertiga dari impor gandum Yaman telah meningkatkan kekhawatiran akan bencana kelaparan yang semakin dalam.

Mohsen Saleh, seorang warga di ibu kota Sanaa, mengatakan bahwa setiap tahun harga melonjak menjelang Ramadan, "tetapi tahun ini, harga telah melonjak tajam, orang tidak dapat menerimanya."

Baca Juga: Pantai Pancur Jadi Lokasi Pemantauan Hilal Ramadhan 2022 di Banyuwangi

"Situasi ekonomi sangat sulit," kata pria berusia 43 tahun itu kepada AFP. "Kebanyakan orang di Yaman miskin."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI