Di lapangan, kelompok separatis ini sudah menguasai 30 persen wilayah itu sejak pertempuran dimulai tahun 2014.
Pertempuran di tahun 2014 itu terjadi di masa yang disebut Euromaidan atau masa kekacauan karena gelombang protes akibat keputusan presiden Ukraina saat itu, Viktor Yanukovych, yang menolak menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa dan memilih hubungan yang lebih dekat dengan Rusia.
Pemerintahan Ukraina berikutnya kemudian mengucilkan kelompok separatis dukungan Rusia tersebut ikut dalam pembicaraan mengenai kawasan Donbas, hal yang membuat marah Kremlin dan juga kelompok separatis.
Sejak itu ketegangan terjadi di kawasan, pertempuran terus berlanjut antara pasukan Ukraina dengan kelompok pemberontak.
Tanggal 24 Februari Kremlin meluncurkan apa yang disebut 'operasi militer khusus' di Donbas, yang kemudian diperluas menjadi invasi penuh terhadap Ukraina.
Dalam beberapa pekan terakhir, setelah gagal mengambil alih Kyiv, Kremlin mengatakan bahwa menguasai Donbas adalah tujuan utama invasi ke Ukraina.
Setelah menarik pasukannya dari Kyiv, pasukan Rusia mulai menggabungkan kekuatan dan menambah pasukan di kawasan timur menjelang pertempuran besar.
Sekretaris Keamanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, mengatakan hari Senin (18/04) bahwa Rusia sudah mulai menyerang Donbas dan kawasan lain di utara.
"Pagi ini di sepanjang seluruh garis perbatasan di kawasan Donetsk, Luhansk dan Kharkiv, pasukan musuh berusaha menerobos garis pertahanan kami," kata Danilov.
Baca Juga: Pasca Pasukan Rusia Mundur dari Kyiv: Jalan Dipenuhi Rongsokan Alat Perang dan Jenazah Korban Sipil
Berapa banyak pasukan Rusia dilibatkan?
Susah untuk mengetahui berapa persisnya jumlah pasukan Rusia yang sekarang dikerahkan ke kawasan Donbas.