Pada Agustus 2020, pemimpin oposisi Alexei Navalny diracun dengan racun saraf Novichok saat berada di bandara Tomsk.
Dua tahun sebelumnya, Sergei Skripal, mantan kepala badan intelijen GRU Rusia, juga diracun dengan cara yang sama.
Baik Navalny dan Skripal selamat. Pada tahun 2006, Alexander Litvinenko, mantan petugas keamanan Rusia yang membelot ke Inggris, diracun dengan polonium radioaktif di London.
Pada tahun 2017, surat kabar Amerika Serikat, USA Today, merilis hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa setidaknya 38 dari lingkaran oligarki Rusia telah meninggal atau hilang dalam tiga tahun terakhir.
Namun yang berbeda, dalam rangkaian kematian misterius pada 2022, tidak ada catatan bahwa para oligark yang tewas ini pernah mengkritik invasi Rusia ke Ukraina.
Selain itu, tidak ada satu pun dari sanksi internasional terkait invasi Ukraina yang melibatkan nama para orang superkaya tersebut.
Warsaw Institute, lembaga yang mengkaji kebijakan keamanan Rusia, menyebutkan bahwa polisi Rusia dan lembaga keamanan Gazprom dengan cepat meluncurkan penyelidikan atas rangkaian kematian yang terjadi.
Warsaw Institute juga menyebut dalam situs resmi mereka bahwa: "Kemungkinan sejumlah pejabat senior yang terkait dengan Kremlin tengah menutupi jejak penipuan di perusahaan milik negara itu."
Terkait kematian keluarga Protosenya, hingga saat ini polisi Spanyol tidak menemukan adanya bukti yang mendukung keterlibatan pihak ketiga.
Baca Juga: Rusia Serang Fasilitas Kesehatan Saat Invasi Ukraina, WHO Sebut Kejahatan Perang
Pihak berwenang menyebut bahwa kematian itu murni kasus pembunuhan dan bunuh diri. Sementara Fedor Protosenya menolak rilis kepolisian Spanyol, dan berbicara pada media di Inggris bahwa ayahnya bukanlah pembunuh. (rs/ae)