Mengapa Aktivis Lingkungan Tak Senang dengan Peluang Investasi Nikel Tesla

SiswantoABC Suara.Com
Selasa, 24 Mei 2022 | 11:53 WIB
Mengapa Aktivis Lingkungan Tak Senang dengan Peluang Investasi Nikel Tesla
Instagram Anindya Bakrie
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dua minggu lalu Presiden Indonesia Joko Widodo bersama pemimpin ASEAN lainnya mengunjungi Washington untuk bertemu Presiden Joe Biden dalam upayanya meminimalisir pengaruh China.

Namun, kunjungan Presiden Jokowi ke kota kecil Boca Chica di Texas lebih banyak menarik perhatian pubik Indonesia.

Di sana, Jokowi mengadakan pertemuan dengan pendiri Tesla dan Space X Elon Musk di kantor pusatnya. Presiden Jokowi diberikan tur pribadi oleh Elon Musk.

Jokowi memuji Musk dengan menyebutnya "super jenius", sementara Musk mengatakan ia "sangat tertarik" dengan masa depan Indonesia yang berpopulasi 270 juta orang.

Musk juga mengatakan Indonesia memancarkan "energi positif".

"Kami akan melihat, dari sudut pandang Tesla dan Space X, untuk mencoba melakukan beberapa kemitraan di Indonesia," katanya.

Indonesia, negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, berupaya mengucurkan dana dalam upaya transisi global ke kendaraan listrik (EV) dengan berusaha memikat investasi asing dari orang-orang seperti Musk.

Nikel adalah komponen kunci sel baterai lithium-ion, yang digunakan di sebagian besar kendaraan listrik.

Kini, permintaan logam tersebut meningkat pesat.

Baca Juga: Tim Tesla Tinjau Nikel Indonesia di Morowali

Sumitomo Metal Mining, pabrik peleburan nikel terbesar di Jepang dan pemasok baterai lithium-ion Panasonic yang digunakan dalam kendaraan listrik Tesla, memperkirakan permintaan global untuk nikel akan meningkat sebesar 20 persen untuk tahun 2022 saja.

REKOMENDASI

TERKINI