Perubahan Iklim Bisa Memicu Penyebaran Wabah Seperti Cacar Monyet dan Virus Ensefalitis Jepang

SiswantoABC Suara.Com
Senin, 20 Juni 2022 | 13:37 WIB
Perubahan Iklim Bisa Memicu Penyebaran Wabah Seperti Cacar Monyet dan Virus Ensefalitis Jepang
Ilustrasi perubahan iklim (Unsplash/Magdalena Kula Manchee)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Badan iklim dunia, Panel Lintas Negara tentang Perubahan Iklim (IPCC), telah menemukan bahwa prevalensi penyakit yang ditularkan melalui vektor sudah meningkat dan bisa memburuk.

Ada faktor lain yang berperan dalam penyebaran penyakit, seperti tingkat vaksinasi, pengendalian serangga, karantina, dan bahkan praktik pertanian.

Para ilmuwan ingin menjelaskan bahwa perubahan iklim bukanlah satu-satunya penyebab.

"Jika ada bagian vektor nyamuk dari siklus itu, maka nyamuk tersebut mungkin hidup seminggu lebih lama dalam setahun," jelas Profesor Nicholas Osbotne dari Universitas Queensland.

Secara historis, Australia telah berhasil mengelola risiko penyakit mematikan yang dibawa nyamuk, seperti malaria dan demam berdarah.

Tapi hal itu mungkin menjadi lebih sulit akibat terjadinya perubahan iklim.

Virus yang disebarkan oleh hewan

Virus baru lainnya yang telah mendarat di Australia tahun ini adalah cacar monyet, yang menyebabkan gejala seperti flu dan ruam kulit yang khas setelah terjadi kontak antarmanusia.

Sekali lagi, penting untuk dicatat bahwa merebaknya virus bukanlah penyebab kepanikan.

Perubahan iklim adalah salah satu faktornya meningkatnya jumlah wabah dapatsebagian disebabkan oleh menurunnya tingkat kekebalan terhadap virus cacar.

Baca Juga: Perubahan Iklim, Base Camp Gunung Everest Terpaksa Pindah

Virus tersebut dikenal sebagai penyakit zoonosis, yang disebabkan oleh kuman yang berpindah dari hewan ke manusia, kemudian menyebar di antara manusia.

Semua bukti menunjukkan COVID-19 memiliki asal-usul zoonosis.

Menurut laporan penelitian yang diterbitkan pada Jurnal Nature bulan April lalu, saat ini terdapat 10.000 virus yang beredar pada mamalia liar dan memiliki kapasitas untuk menginfeksi manusia.

Disebutkan, potensi penularan lintas spesies meningkat seiring perubahan iklim dan kedatangan manusia ke daerah di mana terjadi interaksi dengan hewan yang dulunya terisolasi secara geografis.

"Apa yang kami lihat saat ini adalah peningkatan frekuensi kejadian," kata Dr De Barro.

"Jadi katakanlahdalam 20 tahun terakhir, jauh lebih banyak wabah yang terkait dengan penyakit zoonosis daripada 20 tahun sebelumnya," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI