Ini mencakup pandemi flu babi, yang disebabkan oleh virus H1N1, dan wabah flu burung yang disebabkan oleh virus H5N1.
Salah satu temuan kunci laporan Jurnal Nature pada April lalu menyebut perubahan iklim dapat dengan mudah menjadi kekuatan dominan dalam transmisi virus lintas spesies yang akan berdampak pada kesehatan manusia dan risiko pandemi.
Dikatakan, di dunia yang telah melewati pemanasan global 1 derajat Celcius, sebagian besar penyebaran virus lintas spesies mungkin telah terjadi.
Dr Mike Ryan dari Organisasi Kesehatan Dunia WHOmemperingatkan kondisi cuaca yang berubah cepat seperti kekeringanyang diperburuk oleh perubahan iklim, menyebabkan perilaku hewan dan manusia berubah.
Dr Ryan menunjuk wabah cacar monyet baru-baru ini, tren peningkatan kasus demam Lassa, disebarkan oleh tikus Afrika, dan peningkatan frekuensi wabah Ebola.
"Jadi, penyakit-penyakit ini akan terus muncul, mereka akan terus menekan, mereka akan terus melewati batasan spesies, katanya.
"Pertanyaannya adalah: apakah kita dalam posisi untuk meresponnya secara kolektif?" katanya.
Kesempatan beradaptasi
Saat Bumi menghangat, kita harus siap menghadapi dampak kesehatan langsung yang disebabkan oleh suhu panas tersebut.
"Suhu panas akan mempengaruhi kesehatan kita dengan berbagai cara," kata Dr Osborne dari Universitas Queensland.
Baca Juga: Perubahan Iklim, Base Camp Gunung Everest Terpaksa Pindah
IPCC memperkirakan perubahan iklim akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun, darimalnutrisi, malaria, diare, dan stres akibat suhu panas, antara tahun 2030 dan 2050.